Perayaan Malam Siwaratri di Candi Prambanan: Momen Spiritual dan Refleksi Umat Hindu
Yogyakarta, 27 Januari 2025 – Malam Siwaratri tahun ini kembali dirayakan dengan khidmat di Candi Prambanan, salah satu situs suci umat Hindu di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Ibu Wakil Menteri Ni Luh Puspa, Wakil Menteri Isyana Bagoes Oka, serta Dirjen Bimas Hindu, Prof. Duija. Sebelum prosesi utama, mereka bersama umat Hindu lainnya melakukan Murwa Daksina dan persembahyangan di Mandala Utama, tepat di depan Candi Siwa (Siwa Grha), sebagai bentuk penghormatan kepada Ida Bethara Siwa Mahadewa.
Makna Siwaratri
Siwaratri merupakan malam suci yang penuh berkah bagi umat Hindu, yang diyakini sebagai momen pengampunan dosa dan peningkatan spiritualitas. Malam ini adalah waktu khusus untuk bermeditasi, melakukan introspeksi diri, serta mempersembahkan puja dan bhakti kepada Dewa Siwa. Umat Hindu percaya bahwa Siwaratri adalah saat terbaik untuk membersihkan jiwa, membangkitkan kesadaran spiritual, serta mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa melalui doa dan tapa brata.
Diskusi Sastra Weda
Dalam rangkaian acara Siwaratri ini, diadakan pula diskusi tentang Sastra Weda yang menghadirkan para narasumber dari ahli arkeologi dan ahli Sastra Weda, salah satunya adalah Sugi Lanus dari Bali dan tokoh masyarakat Hindu AA Ari Dwipayana. Diskusi ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran Weda serta relevansinya dalam kehidupan modern. Kehadiran para pakar ini memberikan wawasan baru bagi umat Hindu dalam memahami nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Sastra Weda.
Candi Prambanan sebagai Pusat Spiritual
Perayaan Siwaratri di Candi Prambanan menjadi bagian dari sejarah baru pemanfaatan candi sebagai tempat ibadah umat Hindu. Sejak Februari 2022, pemerintah Indonesia secara resmi mencanangkan Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu dan Buddha, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Kebijakan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) oleh berbagai kementerian, termasuk Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Sebelumnya, candi-candi ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan kebudayaan, pariwisata, dan penelitian sejarah. Dengan adanya kebijakan baru ini, fungsi candi diperluas untuk mencakup kepentingan ritual dan spiritual, sehingga umat Hindu dapat kembali menjalankan ibadah di tempat yang sarat nilai historis dan sakral ini.
Peran Tim Kerja Pemanfaatan Candi Prambanan
Pasca penandatanganan MoU, Dirjen Bimas Hindu membentuk Tim Kerja Pemanfaatan Candi Prambanan yang awalnya dipimpin oleh Bapak Agus Wijaya dan kemudian dilanjutkan oleh I Nyoman Ariawan Atmaja. Tim ini telah bekerja keras dalam memadukan kepentingan umat Hindu dengan berbagai pemangku kepentingan lain, termasuk pihak konservasi, sektor pariwisata, serta dunia pendidikan dan penelitian.
Malam Siwaratri menjadi salah satu hasil nyata dari usaha Tim Kerja dalam memastikan Candi Prambanan dapat difungsikan sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan spiritual, ekonomi pariwisata, dan konservasi cagar budaya. Tantangan besar masih menghadang ke depan, namun dengan semangat kebersamaan dan sikap saling memahami, diharapkan setiap pihak dapat mencapai titik temu yang harmonis.
Harapan ke Depan
Perayaan Siwaratri di Candi Prambanan bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol keberlanjutan spiritual umat Hindu di Nusantara. Dengan komitmen dan sinergi yang baik antara pemerintah, umat, dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan Candi Prambanan tetap menjadi pusat kebudayaan sekaligus spiritual yang memberikan manfaat bagi semua. Astungkara, upaya ini akan membuahkan hasil yang baik—sidha, sudha, sudhi lan sadhu.
