ADVAITACITTA – Pikiran bebas dari dualisme

Ki Guna dan Gundul kedatangan tamu orang suci Yaitu Guruji dari Asram Nara Yanaya Smriti, Ki Guna dan Gundul siap menerima klas dengan waktu 1 SKS di Gasebo Kepuh Permai.

Guruji : Orang yang sudah dapat melampaui dualitas pikiran (Adwaitacitta) tdk saja pikirannya tenang-seimbang (Upeksha), tapi juga menghasilkan pengetahuan tertinggi yaitu Praja (kesempurnaan kebijaksanaan), wawasan serta pemahaman akan diri dan kehidupan yang luas dan mendalam. Inilah ciri orang yang akar kesadarannya sudah sangat kuat, sudah siap untuk memasuki gerbang pertumbuhan di jalan Dharma.

Ki Guna : Guruji,…Apa itu Gerbang pertumbuhan di jalan dharma?
Guruji : Nak Guna,… Pintu gerbang pembuka menuju pelaksanaan dharma yang kuat dan medalam yaitu Adwaitacitta atau pikiran yang bebas dari dualitas. Dualitas,.. dulu Tetua kita menyebutnya rwa bhineda, ada siang dan malam, ada baik dan buruk dst.

Gundul : ada lagi Guruji,.. ada bukit dan lembah, ada senang dan sedih,….eeeee.
Guruji : Pintar juga kamu Gundul,… benar. Sebab utama mengapa banyak orang sangat lambat pertumbuhannya di jalan dharma karena pikiran masih dalam dualitas. Perhatikan saja dalam kehidupan sehari hari, ketika dipuji kita senang ketika dihina kita menangis, ketemu Bupati hormat sekali ketemu orang miskin menoleh saja kita enggan dsb-nya. Akibatnya hidup kita penuh guncangan dan konplik pikiran. Kita mau dan ingin kelebihan tapi kekurangan kita tolak. Padahal sudah hukum alam semesta bahwa setelah kebahagian akan disusul oleh kesedihan. Pertumbuhan di jalan dharma baru bisa terjadi ketika kita melatih diri menerima keadaan apapun dan siapapun secara sama sebagaimana adanya. Tidak menyalahkan siapa-siapa termasuk tidak menyalahkan diri sendiri. Dualitas dalam kehidupan ada bukan sebagai lawan-lawan yang berperang , tapi sebagai satu kesatuan yang saling menghidupkan. dalam adwaitacitta, semua dualitas: baik-buruk, benar-salah, suci-kotor, lenyap dalam penyatuan rwa bhineda.

Baca juga :   Kontroversi? Sanyasi bukan tidak bekerja justru memperluas wilayah kerja

Ki Guna : yang dijelaskan Guruji ini seperti dalam BG II.15. Gundul,.. apa kamu masih ingat artinya dari seloka itu yang pernah kamu dengar dari klas minggu pagi di Asram?

Gundul: Ingat Ki Guna,.. orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.

Guruji : mantul,…mantap betul kamu Gundul ingatanmu bagus sekali, pasti kamu tiap hari baca Bhagawad Gita. Pertahankan dan tingkatkan ya!

Ki Guna : Guruji,.. Bagaimana cara membebaskan pikiran dari dualitas?

Guruji : Baiklah… Cara membebaskan pikiran dari dualitas yaitu Selalu dan selalu melihat dan mengambil sisi positif dari semua kejadian. Menyatukan dualitas menjadi satu : semuanya positif, semuanya baik. Sadar bahwa sesungguhnya pengalaman dan segala hal lainnya adalah sebagaimana adanya, dia tidak memiliki label baik ataupun buruk, suci maupun kotor, senang maupun sengsara, dsb-nya. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bersyukurlah dengan kondisi dan keadaan diri kita, serta apa yang kita miliki. Semakin kita dapat menerima diri sebagaimana adanya, maka semakin mekarlah kebijaksanaan dan kejernihan di dalam diri kita. Karena penerimaan seperti ini yang akan menghentikan konflik dan benturan pikiran.
Pikiran (citta) yang menyebabkan atman menikmati surga. Pikiran pula yang menyebabkan masuk neraka. Pikiran yang menyebabkan lahir sebagai binatang. Pikiran yang menyebabkan lahir sebagai manusia. Pikiran yang menyebabkan mencapai moksa dan pembebasan (Sumber : wrhaspati tatwa, sloka no 15).

Ki Guna : Suksme Guruji,… atas pencerahan malam ini, kami mengharapkan Guruji mau memberikan klas di lain waktu.

Namaste
Ki Guna.

Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *