Beginilah Kesederhanaan Melasti Jogja 2020
Hindujogja.com (22/03/2020) Melasti di Pantai Parangkusumo Yogyakarta yang selalunya dari tahun ke tahun diikuti oleh ribuan umat Hindu Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kirab Jempana dari Pura Masing-masing, diiringi gamelan Baleganjur yang gengap gempita, dikawal oleh Voorijder dengan sirinenya yang mengaung-aung, menjadi pemandangan dan tontonan yang menarik bagi masyarakat Jogja dan para wisatawan, puluhan pemburu foto moment dan awak media berebut mencari moment yang indah. Ritual yang merupakan rangkaian Nyepi ini wajib dilaksanakan oleh Umat Hindu agar saat memasuki puncak Nyepi sudah tersucikan.
Namun Pandemi COVID-19 atau masyarakat mengenalnya dengan nama Virus Corona yang kini sudah mendunia telah meniadakan suguhan kirab yang telah dinantikan banyak umat Hindu dan masyarkat Jogja. Hanya Umat Hindu yang ditunjuk dari perwakilan Pura yang boleh mengikuti Melasti, tanpa kirap dan sirine Voorijder, tanpa Jempana dan Alunan gamelan Baleganjur. Daksina Linggih (Linggihnya para Dewa yang diiring dari Pura masing-masing) hanya ditempatkan dalam bokor agar tidak butuh banyak orang.
Melasti Parangkusumo tanggal 22 Maret 2020 dilaksanakan dengan sangat sederhana dan hanya diikuti oleh 60 Umat Yogyakarta dari perwakilan 4 Pura, seperti yang dilaporkan Ketua Panitia Nyepi 2020, AKBP (Pur). Nengah Lotama.
Kita juga melaksanakan protokol Cegah Covid-19 dengan melakukan deteksi Suhu tubuh, menyediakan Handsanitizer serta mengatur tempat duduk Umat dengan memberi batas garis tempat duduk. Acara ini diawasi dan diamankan oleh Polres Bantul, PolAir dan tim medis dari Puskesmas Bantul. Kita laksanakan dengan sederhana tanpa mengurangi esensi”, ucap Nengah Lotama.
Tujuan Melasti disebutkan didalam Lontar Sang Hyang Aji Swamandala “Melasti ngarania ngiring prewatek Dewata anganyutaken laraning jagat papa klesa, letuhing bhuwana”. Yang artinya Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.
Dan tujuan tertinggi Melasti dinyatakan didalan Lontar Sundarigama yang dinyatakan dalam bahasa Jawa Kuno, ”Melasti ngaran amet sarining amertha kamandalu ring telenging segara. ” Maksudnya: Dengan Melasti mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudra.
Maka ada 4 sasaran Melasti yaitu: 1. Ngiring Prawatek Dewata. Artinya Patuh pada tuntunan para Dewata sinar suci Tuhan. 2. Anganyutaken Laraning Jagat. Ini artinya menghilangkan sumber penderitaan masyarakat baik yang bersifat Niskala maupun yang bersifat Sekala dan mengajak umat untuk melestarikan alam. 3. Anganyutaken Papa Klesa. Menghanyutkan kekotoran diri sendiri. 4. Anganyuntaken Letuhing Bhuwana , Menghanyutkan kekotoran bumi, teja dan akasa. Lima unsur alam itulah yang wajib kita jaga kesejahteraannya. Dari diri yang berubah itulah, kita meningkatkan kepedulian kita pada perbaikan sosial (Sosial Care) yang disebut ”Anganyutaken laraning jagat”. Selanjutnya Melasti untuk memotivasi umat melakukan upaya pelestarian alam lingkungan. (MDS)