Dharma Wacana menjaga Kesucian Pura
PELATARAN CANDI PRAMBANAN | Pura sebagai Kahyangan adalah tempat ibadah kita umat Hindu untuk memuja Tuhan/Brahman, sehingga kita perlu menjaga kesucian dari pura tersebut. Apakah kesucian pura bisa luntur? Mengapa bisa luntur?
Kesucian pura apabila tidak dipertahankan tentu akan mengalami kelunturan bahkan hilang kesuciannya. Lunturnya kesucian pura memberi efek yang kurang baik kepada umat (pemedek) yang bersembahyang dan Jro Mangku/Pandita yang memimpin persembahyangan di pura tersebut.
Pelanggaran-pelanggaran atas norma dan/atau aturan susila yang dilakukan oleh umat/pemedek dengan sendirinya memberi efek negatif pada kesucian pura dan diri mereka sendiri. Demikian juga halnya pelanggaran atas Sesana Pemangkuan yang dilakukan oleh Jro Mangku akan memberi efek negatif pada kesucian pura. Tidak ada lagi kesucian yang tertinggal bila norma, sesana, dan/atau aturan susila dilanggar. Bagaimana hendak bersuci-suci di pura bila segala tindakan/perbuatan sudah tidak ada susila lagi?
Perbuatan asusila yang melanggar norma-norma kesucian diawali oleh pikiran yang tidak baik. Cobalah intropeksi diri, bila hendak berangkat sembahyang ke pura, apakah yang ada dalam benak pikiran kita? Apakah ke pura bertujuan untuk bersembahyang guna mendapatkan kedamaian dan pencerahan, bertemu teman-teman agar bisa ngobrol, apakah ada yang mau dipamerkan, atau ada hal-hal lainnya?
Pura adalah tempat suci, sehingga bila kita sudah ada niatan ke pura maka hendaknya pikiran ditujukan pada hal-hal kesucian yang membawa kedamaian dan kebahagiaan. Jika pergi ke pura punya niatan lain dari hal bersuci-suci maka sudah pasti akan melempas dari tujuan dibangunnya pura. Niatan pergi ke pura untuk bersembahyang hendaknya dilandasi oleh manah/pikiran yang hening suci sehingga akan terpancar juga dalam perkataan dan perbuatan yang baik, demikian sebaliknya bila pikiran dipenuhi oleh hawa nafsu yang tak terkendali maka perkataan dan perbuatan-pun akan memancarkan hawa nafsu yang tak terkendali juga.
Bagaimana cara mempertahankan atau malah meningkatkan kesucian tempat ibadah kita? Menjaga Kesucian Pura hendaknya dimulai pada diri sendiri.
1. Sucikanlah pikiran
Dalam Sasamuccaya Sloka 85 dinyatakan sebagai berikut:
_manasā niścayaṁ kṛtvā tato vācā vidhiyate,
kriyate karmmaṇā paścāt pradhānaṁ vai manastataḥ_ .
Pikiran membuat keputusan, perkataan mengikutinya, terakhir diwujudkan menjadi perbuatan, oleh karena pikiran adalah yang utama.
Kunang sangkṣepanya, manah nimittaning niścayajñāna, dadi pwang niścayajñāna, lumĕkas tang ujar, lumekas tang maprawrĕtti, matangnyan manah ngaranika pradhanan mangkana
Adapun kesimpulannya adalah, pikiran merupakan unsur penentu, menjadikan pikiran pasti, seperti; memulai berkata dan memulai melakukan perbuatan. Oleh karena itu, maka pikiran merupakan induk/sumber (perkataan dan perbuatan).
Kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran jahat atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati akan mencapai Kesadaran Diri dan orang yang memiliki pikiran yang jernih dan suci, maka kesucian pun akan mengelilingi dirinya. Kesucian atau hidup suci merupakan sarana utama untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Terkait dengan hal menjaga kesucian Pura, pikiran ketika akan atau telah berada di Pura hendaknya bersih, suci, tenang dan terkendali. Terkait dengan penyucian diri, Manawa Dharmasastra menyebutkan:
Adbhirgatrani cuddhyanti manah satyenam cuddhyati,
widyatapobhyam bhutatma budhir jnanena cuddhyati (MDS. V-109).
Terjemahannya:
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapabrata, kecerdasan dengan pengetahuan yang benar.
2. Kuatkan niat untuk “bertemu” dengan Tuhan serta melepaskan diri sejenak dari hal-hal keduniawian.
Dalam kitab suci Bhagwad Gita II. 44 disebutkan:
Bhogaisvarya prasaktanam tayapahrta cetasam,
vyavasayatmika buddhih samadhau na vidhiyate.
Terjemahannya:
Orang yang pikirannya terpengaruh oleh keinginan akan kenikmatan dan kekuasaan, tak akan terpusatkan dan tak akan mampu melakukan samadhi.
Selama pikiran seseorang masih terikat dengan hal-hal duniawi dan juga keinginan akan kenikmatan fisik semata, maka selama itu pula orang itu akan sulit berkonsentrasi terhadap Yang Maha Sejati. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah banyak orang yang pergi ke Pura yang tujuan semestinya untuk bersembahyang mendekatkan diri pada Tuhan, akan tetapi belum mampu meninggalkan keduniawian meski hanya sejenak. Sebagai contoh: badan sudah berada di jeroan (Utama Mandala) Pura, bukannya mengambil sikap sempurna untuk mempersiapkan diri melakukan persembahyangan, namun malah langsung sibuk bermain dengan handphone atau gadget. Ada pula yang sibuk berbincang dengan teman membicarakan kejelekan orang lain, dan berbagai sikap sejenisnya.
Hal-hal seperti itu tentu sangat mengurangi fokus atau konsentrasi pikiran kepada Tuhan karena begitu kuatnya nikmat duniawi melekat dalam pikiran. Bila memang niatnya ke Pura adalah untuk bersembahyang, kuatkanlah niat suci, hal-hal yang bersifat keduniawian hendaknya ditinggalkan sejenak, sehingga sewaktu berada di Pura pikiran bisa terkonsentrasi pada hal-hal ke-Tuhan-an.
Konsentrasi yang baik akan mampu menghantar kita pada kemampuan spiritual yang lebih baik sehingga aura kesucian akan memancar. Bila setiap orang yang hadir di Pura mampu memancarkan aura kesucian, tentunya kesucian pura juga akan semakin kuat.
3. Menjaga sikap dan perilaku ketika berada di areal tempat suci Pura.
Perilaku adalah wujud nyata dari indriya-indriya. Dalam Bhagawad Gita II. 68 disebutkan:
Tasmad yasya mahabaho nigrhitani sarvasah,
indriyanindriyarthebhyas tasya prajna pratisthita.
Terjemahannya:
Karenanya, orang yang dapat mengendalikan panca indera sepenuhnya dari segala obyek keinginannya, wahai Mahabahu (yang berlengan perkasa), ialah yang kebijaksanaannya mantap.
Demikian pula Bhagawad Gita III.41 menyebutkan:
Tasmat tvam indriyany adau niyamya bharatarsabha,
papmanam prajahi hy enam jnana vijnana nasanam.
Terjemahannya:
Dari itu, pertama-tama kendalikanlah panca indriamu dan basmilah nafsu yang penuh dosa, perusak segala pengetahuan dan kebijaksanaan, wahai Arjuna yang baik.
Panca indera haruslah dikendalikan. Terlebih lagi ketika sudah memasuki areal tempat suci Pura. Satu hal yang harus diingat adalah bahwasanya Pura adalah tempat yang disucikan, disakralkan, sebuah area yang harus didukung penuh dengan sikap dan perilaku spiritual dan religius. Sama sekali tidak dibenarkan berperilaku sembarangan di Pura. Mulai dari hal-hal kecil seperti, membuang sampah sembarangan, berbicara kotor dan kasar, bercanda bersendagurau, dan sebagainya. Mulai dari hal-hal kecil semua itu harus dikendalikan agar tercipta suasana kesucian dan damai, terjagalah kesucian pura dan tercapailah tujuan kita untuk bersembahyang mendekatkan diri pada Yang Maha Tinggi.
4. Lakukan Yadnya yang berkualitas yaitu Satwika Yadnya
Pelaksanaan Satwika Yadnya hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Sradha, lakukan yadnya dengan penuh keyakinan;
2. Lascarya , lakukan yadnya dengan penuh keikhlasan (tanpa pamrih);
3. Sastra , lakukan yadnya sesuai petunjuk sastra;
4. Daksina , lakukan yadnya dengan adanya penghormatan yang dihaturkan secara tulus ikhlas kepada pendeta;
5. Mantra dan Gita , lakukan yadnya dengan mantram-mantram suci yang sesuai dengan tujuan yadnya, iringi dengan Gita suci;
6. Annasewa, lakukan yadnya dengan adanya pelayanan kepada pendeta dan lingkungan sekitar;
7. Nasmita , lakukan yadnya dengan segala kerendahan hati, tidak pamer kemewahan atau kekayaan untuk membuat orang lain menjadi kagum.
Pelaksanaan yadnya yang benar yaitu Satwika Yadnya akan menambah aura kesucian pura. Demikian sebaliknya bila yadnya yang dijalankan adalah Rajasika Yadnya (yadnya yang dilakukan hanya untuk pamer, tidak tulus, dan pamrih) dan Tamasika Yadnya (yadnya yang dilakukan tidak sesuai petunjuk sastra, tidak tulus, tanpa keyakinan hanya asal-asalan, dan jor-joran) akan memberi efek buruk bagi kesucian pura, para pemedek, dan pinandita/pandita yang menjalankan yadnya.
Marilah kita semua bahu membahu menjaga kesucian pura, dimulai dari diri kita sendiri, dimulai dari pengendalian diri terhadap hal-hal kecil untuk akhirnya dapat mengendalikan diri sepenuhnya menuju Kesadaran Diri, Kesadaran Sejati.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Siwa Yang Maha Agung, selalu diberikan tuntunan suci dan sinar pengetahuan suci, ditunjukkan jalan kebenaran menuju Kesadaran Sejati. Rahayu rahayu rahayu.
Om Namaste.
Gusti N Sutartha