Jogja punya Ida Bhawati !!! Inilah petuah Beliau tentang Nyepi dengan adanya Virus Corona
SELURUH PENDUDUK DUNIA NYEPI BERSAMA SECARA ARIF BIJAKSANA DI TAHUN 2020 (Perpaduan desa-kala-patra serta logika-etika-estetika)
HinduJogja.com (25/03/2020) Pada tanggal 22 Maret 2020, Redaksi memperoleh tulisan indah ini dari seorang yang dalam dunia kedokteran sudah sangat dikenal secara Nasional, karena Beliau seorang Profesor dan Guru Besar satu-satunya di Universitas Gadjah Mada dari Kementrian Kesehatan. Selain Menjadi Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS Sardjito Yogyakarta, Dosen Guru Besar di Fakultas Kedokteran UGM, Beliau juga dikenal sebagai ahli Ayurvedic, dan telah memiliki industri dan lisensi obat Herbal. Saat ini Beliau telah menjalani Pawintenan Bhawati, sehingga saat ini Beliau lebih dikenal sebagai Ida Bhawati Prof. Nyoman Kertia dikalangan umat Hindu. Berikut tulisan Beliau kami terbitkan langsung tanpa editing. Tulisan ini kami terbitkan sesaat sebelum pelaksanaan Catur Brata Nyepi, sebagai persembahan Hindu Jogja untuk Dunia.
Om swastyastu
Umat sedharma yg sangat saya sucikan.
Saya merasa terpanggil untuk menulis uraian berikut dengan maksud agar umat sedharma tetap khusuk dalam ibadah serta kita dan seluruh masyarakat aman dari Covid-19. Saya merasa terpanggil karena tugas saya yg ganda (tugas di bidang medis dan juga tugas spiritual). Semoga uraian ini bermanfaat dan saya mohon koreksi dari para pembaca bilamana ada kekeliruan.
Umat sedharma, marilah kita awali uraian ini dengan Gaguritan Sucita Subudi yg indah ini, karya seorang yogi sempurna Ida Djelantik:
Jenek ring meru sarira
Teguh bagai gunung dalam pura diri
Kastuti Hyang Maha Suci
Memuja Hyang Maha Suci
Mapuspa padma hredaya
Berbungakan padma hati
Magenta Swaraning Sepi
Diiringi genta bersuara sepi
Magandha ya tisning Budhi
Teduhnya batin menjadi wewangian
Malepana sila hayu
Perilaku yang baik menjadi bedaknya
Mawija menget prakasa
Bhijanya adalah kesadaran yang cemerlang
Kukusing sad ripu dagdi
Asapnya dari pembakaran Sad Ripu
Dupan ipun, Madipa Idepe galang
Dupanya, Cahaya pikiran yang terang
Umat sedharma yg mulia
Saat gunung Agung di Bali meletus di tahun 1963 banyak warga Bali yg mendak (menjemput) Ida Betara ke pura Besakih. Upacara Eka Dasa Ludra pun berlangsung di pura Besakih, tentu dengan berbagai penyederhanaan bahkan ada beberapa bagian dari upacara terpaksa diselenggarakan di Menanga. Tampaknya lahar panas, batu dan kerikil yg dimuntahkan gunung itu pun mencari jalan nya sendiri dengan menghindari pura Besakih.
Saat ini virus Corona (2019-nCoV) yg tidak bisa dilihat mata itu sedang merebak, maka kewaspadaan kita sangat perlu ditingkatkan.
Gegap gempitanya persiapan menyambut hari suci Nyepi tahun ini sudah begitu terasa di mana-mana, namun dunia dikejutkan dengan pandemi Covid-19 yg sangat mencekam, seolah Sang Hyang Widi mengingatkan bahwa Hindu adalah agama yg sangat flexible yg membimbing umatnya menjadi umat yg sangat flexible, arif dan bijaksana sehingga mampu menahan diri ditengah-tengah saudara-saudara kita yg beragama lain yg telah mampu menunjukkan kearifan mereka dalam beribadah dalam situasi saat ini
Dimanakah kita berada (desa), sudahkah dianalisis soal waktu yg tepat (kala) dan bagaimana keadaan saat ini (patra) adalah tiga hal yg harus kita kaji, sikapi dan ambil langkah secara arif bijaksana.
Dalam berkesenian mungkin estetika sudah kita siapkan seindah indahnya (misalnya sesajen, ogoh-ogoh, dll), tetapi secara logika bisa jadi kurang tepat (dimana virus sedang mewabah bahkan pandemi), secara etika pun bisa jadi kurang tepat (di saat saudara-saudara kita umat lain menahan diri tidak keluar rumah untuk menghindari penularan virus maka sebaiknya kita juga menjaga hati kita untuk bertoleransi)
Kita yakini bersama bahwa Sang Hyang Widi adalah Parama Acintya sehingga memerlukan tingkat kesadaran sangat tinggi untuk memahami-Nya. Hal lain adalah Ida Sang Hyang Widi bisa dipuja dari mana saja dan dengan sarana yg sesederhana apapun sesuai yg tertulis pada kitab suci. Hal ini membuat umat Hindu sangat flexible. Bukankah sad ripu yg diuangkapkan dalam geguritan di atas adalah bersemayam dalam diri kita, tetapi di-visualisasi berupa ogoh-ogoh ?
Umat sedharma yang selalu dalam anugerah Hyang Widi
Prediksi saya adalah pandemi ini akan segera berkurang bahkan berakhir dengan mulainya periode Utara Yana pada tanggal 21 Maret ini. Utara Yana adalah periode yang dipercaya membawa kebaikan, dimana sinar matahari mulai lebih banyak menyinari belahan utara bumi yg dikuti mulainya musim panas di negara kita tercinta serta musim semi yang disusul musim panas di belahan bumi utara. Kepatuhan masyarakat kepada pemerintah untuk menghindari penyebaran virus, imunitas masyarakat yg semakin meningkat, serta doa dari kita semua yg tidak henti hentinya tentu juga merupakan hal utama dalam menghindari mara bahaya ini.
Sekali lagi marilah kita selalu arif bijaksana dalam menyikapi segala hal, renungkan dan kajilah berdasarkan desa-kala-patra serta logika-etika-estetika. Bukankah Sang Hyang Widi akan hadir (bisa dirasakan) ketika kita mampu menjaga kesucian kita lahir bathin, sebagai yg tersurat di dalam Kekawain Arjuna Wiwaha berikut:
Caci wimbha haneng ghata mesi banyu
Bagaikan bayangan bulan di dalam tempayan berisi air
Ndan asing suci nirmala mesi wulan
Hanya pada air yg bening tampak bayangan bulan itu
Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin
Demikianlah diri-Mu pada semua ciptaan-Mu
Ring angambeki yoga kiteng sekala
Pada orang yg suci nirmala engkau menampakan diri (bisa dirasakan)
Umat sedharma yang mulia
Yakinlah bahwa apapun yang kita persembahkan, dari mana pun kita persembahkan asalkan berdasarkan rasa bhakti dan hati yang tulus-hening maka akan diterima oleh Sang Hyang Widi dan Pitara-Pitari
Semoga Sang Hyang Widi dan Leluhur selalu memberkatkan kerahayuan untuk kita semua
Om canti canti canti Om
🙏🙏