MAT-PARAH
Tujuan Hidup Tertinggi
Bhagavad-gita. VI. 13-14
Kuningan telah tiba. Suatu momentum hari raya memperingati dimilikinya Kesadaran hidup, kesadaran jiwa berbasis Vijnana atau pengetahuan Rokhani. Bersemedi kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai Tujuan Hidup Tertinggi “mat-parah”.
Ki Panji: Cucuku Panjul… Mari kemari coba kita bahas berbagai Tujuan Hidup.
Panjul: Ya Kek… Selamat Hari Raya Kuningan.
Ki Panji: Pandangan dan pemahaman yang mendalam bahwa Tuhan memberi waktu, ruang dan kesempatan kepada Atman kita untuk lahir hidup dan berbadan adalah syarat pokok dalam membangun Mokshartam Jagat hita ya Ca Iti Dharma..
Panjul: Apakah yang dimaksud menjadikan Tuhan sebagai tujuan tertinggi dalam proses mewujudkan Tujuan Mokshartam Jagat Hita ya Ca iti dharma? Kemudian apakah ada Tujuan antara Kek?
Ki Panji: Betul Panjul… Moksa artinnya menyatu dengan Tuhan bebas dari ikatan. Secara teoritik Atman yang meninggalkan tubuh ini menyatu amor ring Acintya, kalis dengan segala ikatan yang pernah menempel dalam badan, pikiran, vijnana, dan anandam yang pernah dialami.
Panjul: Tujuan antaranya apa kek.
Ki Panji: Tujuan antaranya adalah mewujudkan jagathita dalam kehidupan selama kontrak waktu hidupnya. Kesejahteraan, Kesehatan, pendidikan, karir kerja, Pengembangan diri, pengabdian kepada negara, bangsa, keluarga, masyarakat adalah tujuan antara dalam menjalani kehidupan. Bagaimama segala kerja dilakukan sebagai bhakti kepada Tuhan.
Panjul: Oh ..itu yang dimaksud menjadikan Tuhan sebagai Tujuan Utama.
Ki Panji: Segala yang ada didunia ini dilingkupi oleh Tuhan. Segala yang tercipta Tuhan lah penyebabnya. Bunga dan buah-buahan, Air Suci, segala bentuk makanan, nasi kuning, jamu yang disajikan sebagai aturan Kuningan yang kita persembahkan nanti kepada Tuhan adalah milik Beliau. Maka segala Persembahan yang dilakukan harus difahami sebagai proses PENDIDIKAN KESADARAN DIRI bahwa itu semua adalah milik Tuhan. Dalam melakukan persembahan ada ritus Mohon ijin menikmati sebagai Prasadam atau Restu Berkah Tuhan.
Panjul: Oooh ya Kek… Selama ini Sikap mental kita masih Keliru. Buah-buahan, bunga, makanan yang disajikan dalam wujud sesajen difahami sebagai milik pribadi para bhakta yang dihaturkan kepada Tuhan. Tuhan dianggap sebagai penerima Aturan milik bhakta yang maturan. Bhakta seakan-akan sebagai pemberi. Jika hal ini terjadi maka bhakta berlaku sebagai pencuri milik Tuhan.
Ki Panji:Ya cucuku Panjul.. Sesungguhkan apa-apa yang kita haturkan tidak ada milik kita pribadi satu pun. Semua milik beliau. Mempersembahkan segala milik beliau kepada beliau adalah proses membangun kesadaran Minta Restu dan Ijin untuk menikmati segala yang kita haturkan agar Hidup kita sehat dan suci. Perubahan sikap mental dan merasa menjadi milik sendiri menuju Kesadaran milik Tuhan penting sekali sebagai pelajaran Spiritual.
Panjul: Betul dan jelas sekali Kek…Suksma semoga Shanti Kek.
Selamat Hari Raya Kuningan. Panjul mau sembahyang ke Pura Nunas Berkah Nasi Kuning dan Jamu Kunir asem. Biar kulit Panjul makin kuning Kek.
Ki Panji: Ah ada ada saja kamu.. Dasar kulitmu Hitam ya tetap hitam. Ya silahkan rawuh ke pura.
Namaste
Ki Panji
Jogja