Penemuan Arca dan Batuan Candi Peninggalan Mataram Kuno
Penemuan Arca dan Batuan Candi Peninggalan Mataram Kuno di Dusun Kalijeruk, Desa Widodomartani, Kec. Ngemplak, Kab. Sleman , DIY
Putu Sari
putugalung@yahoo.com
Sungguh sangat menggembirakan bagi saya sebagai seorang pecinta candi, dipenghujung akhir bulan Januari tepatnya Hari Selasa Pon Wuku Warigadian, tanggal 28 Januari 2020, memperoleh informasi dari sahabat sesama pecinta candi, berita penemuan arca dan batuan candi tidak begitu jauh dari tempat tinggal saya, kurang lebih sekitar 7 Km ke arah utara dari rumah. Patut disyukuri, umat Hindu DIY khususnya yang bermukim di wilayah Sleman, sejatinya sangat beruntung mewarisi ratusan candi, tempat suci untuk memuja Tuhan dan memuliakan leluhur dari jaman Mataram Hindu abad ke-7 sampai dengan ke 10 Masehi, baik yang sudah muncul, sudah terbangun berdiri megah dan terawat dengan baik, maupun yang masih terpendam dalam dekapan ibu pertiwi. Tidak berlebihan jika saya kemudian menyebut sebaran candi sebagai tempat suci peninggalan leluhur di seputar peradaban Mataram Kuno ini bagai cendawan di musim hujan, melihat dalam radius sekitar 2-3 km terdapat titik-titik tempat suci candi. Tinggal dan menjalankan aktivitas sehari-hari diantara titik-titik tempat suci tersebut menjadi kebanggaan tersendiri, yang rasanya tidak cukup jika diungkapkan lagi melalui kata-kata, ada energi positif merasuki jiwa ketika menyaksikan ratusan bahkan ribuan candi di bumi Mataram kuno ini. Rasa bangga dan syukur itulah yang mendasari tumbuhnya cinta kepada tempat suci warisan leluhur, sehingga ketika mendengar informasi penemuan candi/situs terbaru, secara otomatis ada dorongan untuk segera datang ke lokasi untuk sekedar berkunjung , tahu lebih dekat, sekalian berdoa sebagai bentuk penghormatan sekaligus rasa syukur, mengucap terima kasih, masih diijinkan menyaksikan kembalinya bukti sejarah peradaban yang tinggi dari leluhur Mataram Kuno. Oleh karena itu, ijinkan kali ini saya membagi sedikit informasi hasil kunjungan saya ke lokasi penemuan arca pada keesokan harinya tanggal 29 Januari 2020 sekitar pukul 10.00 Wib kepada pembaca yang budiman. Harapan saya, informasi yang sedikit dan terbatas ini menjadi langkah awal yang baik untuk kita belajar bersama mengenal, mencintai dan ikut menjaga/melestarikan peninggalan mahakarya leluhur kita.
Penemuan Situs terbaru tersebut berlokasi di Dusun Kalijeruk II, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya lebih nyaman jika disebut Situs Kalijeruk. Merujuk pada pengertian situs menurut Vademekum cagar budaya yaitu sebidang tanah yang didalamnya/diatasnya terdapat peninggalan benda cagar budaya. Sementara dibelakang kata Situs biasanya ditambahkan nama dusun lokasi penemuan sehingga lengkaplah menjadi penunjuk informasi keberadaan sebuah situs.
Situasi Sekitar Situs Kalijeruk
Ketika saya memasuki lokasi, saya bertemu beberapa teman sesama pecinta candi yang sedang sibuk mengamati bebatuan hasil penemuan yang diletakkan bertumpuk di atas tanggul. Lokasi Penemuan Situs Kalijeruk berada persis di belakang (sebelah Barat) sebuah peternakan sapi, yang dikenal dengan “Bengkel Sapi”, tempat penelitian dan pemulihan sapi-sapi yang kurang sehat menurut informasi Bapak Suprihatin, seorang warga Kalijeruk, berprofesi sebagai penggarap tanah kas desa (lokasi penemuan arca) sekaligus sebagai pembantu operator excavator (Begho). Sebelah selatan dan utara serta sebagian sisi timur lokasi penemuan arca berupa lahan pertanian (sawah), sedangkan sebelah Barat penemuan situs berupa kali kecil yang oleh warga setempat disebut dengan kali Etan Deso (sungai Timur Desa). Walaupun tidak terlalu besar, kali/sungai tersebut dalam pengamatan saya termasuk kali yang aktif mengalirkan air. Antara peternakan sapi dengan lokasi penemuan juga dipisahkan oleh saluran irigasi yang lebarnya sekitar 1 m yang juga airnya aktif mengairi lahan-lahan pertanian/sawah warga.
Cerita Seputar Penemuan
Penemuan Arca tidak terlepas dari pekerjaan pembuatan saluran limbah kotoran sapi dari peternakan/bengkel sapi, oleh karena tampungan limbah di dalam peternakan sudah penuh, maka pemilik peternakan (Bapak Prof. Ali Agus) membuat penampungan limbah kotoran sapi baru di tanah kas desa persis di belakang peternakan/bengkel sapi tersebut (lokasi penemuan arca). Berdasarkan keterangan Bapak Suprihatin, pembuatan penampungan limbah baru ini dilakukan karena penuhnya tampungan limbah di dalam peternakan yang telah mengakibatkan limbah merembet masuk ke saluran irigasi, yang dikhawatirkan membuat relasi tidak nyaman dengan warga petani sekitarnya. Atas dasar tersebut, pemilik peternakan/bengkel sapi berinisiatif untuk membuat tampungan limbah yang baru. Persiapan pembuatan tampungan limbah baru, dimulai pagi jam 08.00 WIB, excavator sudah masuk di lokasi, kemudian dilanjutkan pengerjaan pengupasan tanah.
Berdasarkan keterangan Bapak Yuli (operator Excavator/Begho), menceritakan awal penemuan dengan menggambarkan lokasi permukaan tanah yang diatasnya ditumbuhi rumput semak, kemudian rumput semak tersebut dibersihkan dengan cara mengupas tanah menggunakan excavator/begho sekaligus berbarengan dengan pembuatan tanggul. Pengerjaan pengupasan berjalan sampai kemudian sekitar jam 11.00 WIB, pada pengupasan tanah kedalaman sekitar 1 meter, ketemulah batu kotak yang kemudian diketahui berbentuk manusia dan sapi. Kedua batu tersebut kemudian diangkat oleh Bapak Junaedi. Lebih lanjut Bapak Suprihatin (49 Th) menceritakan bahwa setelah batu-batu kotak tersebut diangkat, kemudian dia membersihkan batu tersebut dari lumpur yang menempel menggunakan cetok dan lap, sehingga semakin jelas terlihat batu tersebut berbentuk patung orang (manusia) dan satunya lagi berbentuk sapi. Sangat disayangkan satu tangan patung manusia sebelah kanan terpotong oleh begho saat penyelamatan dan belum ditemukan kembali.
Kedua Patung tersebut kemudian diamankan/disimpan sementara ke dalam peternakan atas permintaan pemilik peternakan/bengkel sapi, sore harinya kedua patung tersebut dibawa oleh polisi untuk diamankan di kantor Polsek Ngemplak. Berdasarkan gambar yang beredar segera di media sosial (WA, FB, Instagram) saat di hari penemuan tersebut, teridentifikasi jika kedua patung yang ditemukan di lokasi tersebut adalah Arca Maharsi Agastya dan Arca Nandi. Disamping kedua arca tersebut, saya juga melihat beberapa batu-batu candi yang berhasil dikumpulkan termasuk beberapa diantaranya masih terpasang digunakan sebagai tanggul saluran air irigasi. Penemuan arca dan batu-batu candi tersebut memperkuat keyakinan saya seketika itu bahwa disekitar lokasi tersebut memang ada Candi.
Bapak Suprihatin yang memang warga Kalijeruk kemudian mengatakan bahwa “sebelumnya memang tidak pernah mendengar warga menemukan peninggalan berupa arca dilokasi tersebut, tetapi kalau penemuan berupa batu berbentuk kotak-kotak seperti yang ada dan bisa dilihat sekarang ini, sudah ada dan dilihat sejak dahulu, disisi timur lokasi penemuan dahulu ada pohon jambu, sering digunakan sebagai tempat bermain anak-anak kecil untuk mencari jambu, disekitarnya ada batu-batu kotak tersebut ”.
Bapak Narto (56 Th) warga Dusun Kalijeruk II menyampaikan informasi yang sama bahwa penemuan batu-batu candi sudah diketahui sejak lama sekitar tahun 1985, batu-batu tersebut sudah ada disekitar lokasi, tetapi kalau arca belum pernah ketemu atau lihat. Batu-batu tersebut ada yang berukuran sekitar 60 cm, 70 cm sampai dengan 80 cm. Batu-batu candi tersebut juga dia lihat tertata ke samping sebagai galengan/pematang sawah. Lebih lanjut Pak Narto menjelaskan bahwa dahulu dia tahu ada batu-batu candi disana karena warga mencari batu untuk pondasi. Melihat sebaran batu-batu tersebut, Pak Narto juga memiliki keyakinan bahwa ada candi disekitar lahan yang ditunjukkannya. Walaupun Pak Narto tahu keberadaan batu-batu candi sudah sejak lama, tetapi dia enggan untuk melaporkannya kepada petugas,
Penemuan Arca Maharsi Agastya, Arca Nandi, dan batu-batu candi didukung dengan keterangan warga sebagai penguat informasi tidak diragukan lagi bahwa disekitar lokasi penemuan memang terdapat Candi. Tugas selanjutnya dari pemerintah melalui BPCB untuk membuktikan dengan ekskavasi penyelamatan yang bertujuan untuk menyelamatkan data arkeologi yang sudah tampak seperti saat ini dan juga menampakkan data arkeologi yang masih terpendam di dalam tanah. Om Nama Siwaya. (Putu Sari)
Wah,,,, mantap,,,, aum nama siwa ya