Pentingnya Mendidik Anak : Pelajaran dari Kisah Drtarastra dan Gandari
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua sering kali dihadapkan pada dilema antara memanjakan anak atau mendidiknya dengan tegas. Dalam Bhagavad-Gita, kita diajak untuk merenungkan kisah Raja Drtarastra dan istrinya, Gandari, yang memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana pola asuh dapat memengaruhi masa depan anak.
Drtarastra dan Gandari: Cinta yang Membutakan
Drtarastra, seorang raja yang buta secara fisik dan memiliki seratus putra yang disebut Korawa, adalah sosok yang sangat mencintai anak-anaknya. Namun, cintanya ini sering kali membutakannya dari kebenaran. Kepedulian Drtarastra hanyalah terhadap kedudukan dan kekuasaan. Ia enggan menegur atau mengarahkan anak-anaknya, khususnya Duryodhana, yang memiliki sifat arogan dan ambisius. Sebaliknya, Gandari, yang memiliki potensi untuk menjadi “mata” bagi Drtarastra, memilih untuk menutup matanya secara simbolis sebagai bentuk pengabdian kepada suaminya.
Keputusan Gandari untuk tidak “melihat” kesalahan anak-anaknya menjadi salah satu faktor utama yang membuat mereka tidak mendapatkan pendidikan moral yang benar. Sebagai akibatnya, anak-anak mereka tumbuh tanpa arahan yang jelas, penuh dengan ambisi tanpa kendali, dan akhirnya menjadi penyebab kehancuran keluarga mereka sendiri.
Drtarastra: Raja yang Buta secara Fisik dan Hati
Drtarastra bukan hanya buta secara fisik, tetapi juga buta mata hatinya. Sebetulnya, dia hanya menggantikan tahta Pandu, adiknya yang meninggal, dan berjanji akan mengembalikan tahtanya kepada Pandawa, putra-putra Pandu, setelah mereka dewasa. Namun, karena dia lemah pendirian dan mudah dipengaruhi oleh saudara iparnya, Patih Sengkuni yang licik, dia tidak berniat menyerahkan tahtanya kepada Pandawa. Sebaliknya, dia memilih untuk mempertahankan tahta bagi putra-putranya, meskipun itu bertentangan dengan janji dan keadilan.
Ketika Anak Menjadi “Musuh” Orang Tua
Kisah ini menjadi peringatan bahwa jika orang tua hanya memanjakan anak tanpa memberikan pendidikan yang benar, maka anak-anak tersebut berpotensi menjadi “musuh” di masa depan. “Musuh” di sini bukan berarti mereka akan melawan secara fisik, tetapi lebih kepada mereka akan membawa dampak negatif bagi kehidupan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Ketidaktegasan dalam mendidik anak dapat menciptakan pribadi yang egois, tidak bertanggung jawab, dan sulit untuk diarahkan.
Pelajaran dari Bhagavad-Gita
Bhagavad-Gita, sebuah kitab yang dimulai dengan pertanyaan Drtarastra, memberikan pesan mendalam bahwa pondasi kehidupan seseorang dimulai dari pembentukan karakter yang benar. Dalam konteks keluarga, orang tua memiliki tanggung jawab utama untuk menjadi contoh dan memberikan pendidikan moral kepada anak-anaknya.
- Cinta yang Bijaksana: Cinta kepada anak harus diiringi dengan kebijaksanaan. Menegur atau mendisiplinkan anak bukanlah tanda kurangnya kasih sayang, tetapi justru bentuk cinta yang sejati.
- Peran Orang Tua sebagai Pemimpin: Seorang pemimpin keluarga harus berani mengambil keputusan yang benar, meskipun sulit. Drtarastra adalah contoh bagaimana ketidaktegasan dapat berakibat fatal.
- Pentingnya Pendidikan Moral: Memberikan pendidikan moral kepada anak adalah investasi jangka panjang. Anak-anak yang dididik dengan nilai-nilai kebaikan akan tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan membawa manfaat bagi lingkungan.
Kesimpulan
Kisah Drtarastra dan Gandari mengajarkan bahwa memanjakan anak tanpa arah yang jelas dapat membawa dampak buruk, tidak hanya bagi anak itu sendiri tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat. Orang tua harus memiliki keberanian untuk mendidik anak dengan benar, menanamkan nilai-nilai moral, dan memberikan contoh yang baik.
Sebagai orang tua, kita diingatkan bahwa cinta sejati adalah cinta yang membangun. Mari kita bersama-sama membentuk generasi yang kuat, berkarakter, dan penuh kasih sayang, agar mereka menjadi kebanggaan di masa depan, bukan beban atau bahkan musuh.
Baca juga :
One thought on “Pentingnya Mendidik Anak : Pelajaran dari Kisah Drtarastra dan Gandari”