Perayaan Galungan di Pura Banguntapan Yogyakarta Meriah: ini makna Galungan dan Kuningann

Hindujogja.com | Pada tanggal 28 Februari 2024, Rabu Kliwon, Umat Hindu di Yogyakarta dan mahasiswa berkumpul di Pura Banguntapan untuk merayakan perayaan Galungan. Upacara sakral ini dipimpin oleh Jro Gede Achir Adi Wiyono, menjadi momen penting bagi umat Hindu untuk bersatu dalam persembahyangan.

Galungan, yang jatuh pada Rabu Kliwon Dungulan dalam tahun saka 1945, Sasih Kesanga, Wuku Dungulan, Panglong 4, memiliki makna yang dalam bagi umat Hindu. Ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga suatu upaya untuk memperoleh kekuatan spiritual yang membedakan antara dorongan hidup yang berasal dari adharma dan budhi atma, yaitu suara kebenaran (dharma) dalam diri manusia. Perayaan ini juga memberikan kemampuan untuk membedakan antara kecenderungan keraksasaan (asuri sampad) dan kecenderungan kedewaan (dewa sampad), sehingga menghasilkan pikiran yang terang dan mendapat pendidikan spiritual yang mendalam.

Menurut lontar Sundarigama, Rabu Kliwon Dungulan yang dinamakan Galungan memiliki makna yang dalam. Pada hari ini, umat Hindu diarahkan untuk bersatu secara rohani guna mendapatkan pandangan yang terang, sehingga segala kekacauan pikiran dapat terhapuskan. Apakah makna Hari Raya Galungan dan Kuningan?

Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep
Artinya:
Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.

Galungan bukanlah satu-satunya perayaan penting dalam agama Hindu. Hari Raya Kuningan, atau sering disebut Tumpek Kuningan, jatuh pada hari Sabtu Kliwon dalam wuku Kuningan. Pada hari ini, umat Hindu melakukan pemujaan kepada para Dewa dan Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan, dan tuntunan lahir-bathin. Dipercayai bahwa pada hari ini, para Dewa dan Bhatara turun ke bumi hanya sampai tengah hari, sehingga upacara dan persembahyangan dilakukan hanya sampai waktu tersebut.

Baca juga :   MEDITASI SALAH SATU JALAN BERTEMU TUHAN

Kedua perayaan ini merupakan momen sakral bagi umat Hindu, di mana mereka menguatkan hubungan spiritual mereka dengan Tuhan dan leluhur, serta memohon berkah dan petunjuk untuk kehidupan yang lebih baik. Perayaan Galungan dan Hari Raya Kuningan tidak hanya menjadi bagian dari tradisi, tetapi juga simbol dari keberagaman budaya dan spiritualitas yang kaya di Indonesia.

Pada perayaan Galungan di Pura Banguntapan Yogyakarta, suasana sakral dan khidmat menyelimuti seluruh kompleks pura. Umat Hindu dari berbagai kalangan dan latar belakang berkumpul untuk bersama-sama mengikuti rangkaian upacara yang dipimpin oleh Jro Gede Achir Adi Wiyono. Mereka memasuki pura dengan penuh penghormatan, mengenakan pakaian adat dan membawa haturan untuk dewa dan leluhur mereka.

Upacara dimulai dengan sembahyang dan penghormatan kepada para dewa dan leluhur, diikuti dengan pembacaan mantram dari sastra suci oleh Jro Gede Achir Adi Wiyono, diiringi lantunan kidung-kidung suci oleh Ibu-ibu dan diikuti oleh seluruh umat menciptakan atmosfer yang menggetarkan hati.

Selama upacara, pesan-pesan spiritual yang terkandung dalam perayaan Galungan disampaikan kepada para hadirin. Mereka dipandu untuk menghayati makna dari perbedaan antara dorongan hidup yang baik dan buruk, serta untuk mengembangkan kebijaksanaan dalam membedakan antara kecenderungan yang positif dan negatif dalam diri mereka.

Perayaan Galungan di Pura Banguntapan Yogyakarta tidak hanya menjadi momentum untuk beribadah, tetapi juga sebagai ajang untuk mempererat tali persaudaraan antarumat Hindu dan dengan masyarakat sekitar. Setelah upacara selesai, mereka berkumpul untuk menyampaikan ucapan selamat, menciptakan suasana kebersamaan dan kehangatan yang memperkaya jiwa.

Perayaan Galungan dan Hari Raya Kuningan merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas dan budaya Hindu di Indonesia. Melalui upacara-upacara ini, umat Hindu dapat memperkuat keyakinan dan spiritualitas mereka, serta menjaga warisan leluhur yang kaya akan makna dan nilai-nilai luhur.

Baca juga :   Panitia Abhiseka 2024 gelar sarasehan Pinandita di Candi Prambanan
Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *