CURHAT MUDA HINDU SERIES
Saya diminta mengisi sebuah acara yang melibatkan anak-anak muda Hindu. Karena online, maka tidak dibatasi asal pesertanya. Bagi saya, ini hal baru. Meski sering presentasi, untuk bicara di depan orang dengan segmen ‘istimewa’ seperti ini tidaklah mudah.
.
Yang menarik, salah satu alasannya adalah karena saya dianggap bisa mendekati anak muda. Lebih khusus lagi, saya dianggap dekat dengan Lita, anak saya, maka saya diminta sekalian tampil bersamanya. Yang kedua ini menegangkan karena sebenarnya relasi bapak dan anak remajanya selalu penuh dinamika. Apa yang kita lihat di media sosial tak selalu 100% benar.
.
Para bapak akan paham. Melibatkan anak remaja dalam urusannya yang ‘serius’ tidaklah mudah. Mengajak Lita masuk ke dalam dunia presentasi, mengajar, dan perdosenan sangatlah menantang. Saya kerap harus mikir panjang dan hati-hati. Perlu memilih waktu dan kosakata yang tepat untuk melakukan persuasi.
.
Ada satu kendala yang dialami banyak orang orang tua di seluruh dunia, terutama yang berprofesi sebagai guru. Selalu lebih mudah mengarahkan anak orang lain dibandingkan anaknya sendiri. Di luar dia mungkin dipercaya dan dipuja-puji, kadang di rumah menjadi bahan tertawaan dan candaan. Itulah seni dan keunikannya.
.
Saya tiduran di samping Lita ketika dia sedang menikmati video di HP. Saya pikir ini waktu yang tepat. Diawali dengan membahas video itu, akhirnya saya utarakan maksud saya. Layaknya anak remaja, dia tidak langsung antusias. Saya ceritakan semuanya dan rumitnya posisi saya. Terutama, saya ceritakan betapa saya sangat butuh bantuannya. Saya sampaikan, Lita adalah kunci keberhasilan penampilan saya kali ini.
.
Saya mengatakan itu tanpa dibuat-buat. Memang demikianlah yang saya rasa. Agak sulit membayangkan, saya berkoar-koar di depan anak orang tentang kehidupan remaja sementara saya sendiri tidak bisa menunjukkan relasi positif dengan anak remaja saya sendiri. Saya percaya, contoh selalu lebih bermakna dibandingkan sekedar teori. Sementara itu, saya juga tahu, memberi contoh selalu gampang tapi menjadi contoh tak pernah mudah.
.
Lita tidak membantah. Dia hanya menjawab okay, okay dan okay. Ketika saya konfirmasi, dia menjawab sambil setengah berkelakar “well I don’t think I have other options, right?!” Sering kali anak remaja merasakan ini. Seakan diajak diskusi tapi dia sendiri tahu atau merasa, ini adalah perintah yang harus dijalankan. Di sisi lain, saya berharap, Lita merasa ini ‘harus’ dijalankan karena ini adalah hal yang baik, meskipun tak selalu fun. Kebiasaan baik memang kadang lahir dari keterpaksaan.
Saya beruntung, di rumah ada ponakan, Diah. Diah selalu bisa menjadi pihak ketiga yang membuat banyak rencana dan adegan lebih mudah dilakukan. Anak remaja akan merasa lebih nyaman jika ada anak muda lain yang menjalankan peran yang sama. Maka kami pun bersepakat membawakan acara bertiga.
.
Karena ini penting, kami persiapkan dengan baik. Saya brief mereka tentang rencana saya dan apa yang saya ingin mereka lakukan. Ada gladi juga sehari sebelum acara dan simulasi pembagian tugas. Saya sudah siapkan presentasi saya dan tentukan di bagian mana mereka akan bicara. Yang semangat mendukung semua itu adalah @ktutasti. Di saat persiapan, Angga juga ikut membantu. Persiapan terbaik untuk yang terbaik.
.
Dan di Hari H kami tampil bertiga, ditunguin Asti yang berperan dalam lighting dan logistik. Dia juga takzim menyimak. Bukan menyimak kami tapi menyimak Drakor. Memang demikianlah pembagian kerja yang baik di keluarga.
.
Bagaimana tampilan kami? Orang lain yang berhak menilai. Bagi saya, sukses adalah keberhasilan melibatkan Lita dan dia (nampak) gembira. Sesederhana itu.
.
I Made Andi Arsana, Phd.
Seorang bapak
Berikut Video penampilan kami