Dukung Tim kerja Candi Prambanan, 100 Pinandita Jawa Timur kunjungi Candi Prambanan, Pura Banguntapan Yogyakarta dan Pura Segoro Wukir Gunungkidul
Hindujogja.com 26/11/2021, Sebanyak 100 Pinandita (Pemangku) Paguyuban Dharma Kriya Shanti (DKS) Susila Giri Kerta yang meliputi wilayah Surabaya, Mojokerto, Lamongan, Sidoarjo, Gresik melakukan Dharmayatra pada Hari Jumat tanggal 26 November 2021 ke Yogyakarta. Beberapa tempat yang dikunjungi adalah Candi Prambanan, Pura Banguntapan Yogyakarta yang merupakan Pura Provinsi dan Pura Segara Wukir Ngobaran Gunungkidul yang merupakan satu-satunya Pura yang ada di pinggir pantai.
Dharmayatra para Pinandita Jawa Timur ini diprakarsai oleh Ketua Umum Tim Kerja Pencanangan Candi Prambanan Sebagai Tempat Ibadah Hindu Nusantara Dan Dunia Bapak Drs. Agus Wijaya, MM yang juga seorang Pinandita di Surabaya.
Untuk Kunjungan dan melakukan persembahyangan di Candi Prambanan, Panitia Dharmayatra telah mendapatkan surat izin yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Direktorat Jenderal Kebudayaan Nomor : 7820/F1/KB.00.02/2021 Perihal Izin Pemanfaatan Cagar Budaya, izin diberikan untuk pelaksanaan tanggal 26 November 2021 jam 14.00 – 18.00WIB
Setelah melakukan kunjungan, pengenalan lingkungan candi prambanan kepada para peserta Dharmayatra dan melakukan persembahyangan, rombongan Dharmayatra melanjutkan perjalanan ke Pura Banguntapan Yogyakarta yang beralamat di Jl. Pura, Jomblangan, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan anjangsana dengan para pengempon pura, melakukan persembahyangan dan mekemit (Menginap) di Pura Banguntapan.
Rombongan tiba di Pura Banguntapan pada pukul 18.30 menggunakan 2 Bus dengan dikawal oleh foreder TNI-AL, sampai di Pura disambut oleh pengempon Pura dilanjutkan persembahyangan bersama di mandala utama yang dipimpin oleh Jro Gede Dwija Achir Murti Adiwiyono, serta dilanjutkan seremonial.
Menyambut rombongan Dharmayatra para Pinandita Jawa Timur, Ketua pengempon Pura Banguntapan Prof. Dr. Wayan Tunas Artama mengucapkan selamat datang kepada para rombongan dan berterima kasih sudah berkenan menjadikan Pura Banguntapan sebagai salah satu tujuan Dharmayatra. Wayan Tunas menyampaikan bahwa Pura Banguntapan didirikan tahun 1975 dan dilakukan tahap renovasi hingga seperti saat ini. Pura Banguntapan baru saja melakukan ngenteg linggih pada tahun 2019.
Dalam sambutan PHDI DIY Drs. Nyoman Warta, M.Hum. situasi pandemi atau Gering Agung ini mari kita sikapi dengan baik, bahwa bumi ini sudah semakin tua. Terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti saat ini salah satunya karena banyak yang lupa dengan kawitannya.
Jro Mangku Gede Sumerta ketua DKS, memperkenalkan tentang DKS. Kehadiran DKS di Jogja dalam rangka mendukung usaha Tim Kerja Candi Prambanan dalam rangka menjadikan Candi Prambanan sebagai tempat ibadah Hindu. Pada kesempatan itu, ketua rombongan juga menyampaikan tanda tali asih dan hand sanitizer dari usaha milik umat kepada pengempon Pura Banguntapan.
Hadir menyambut para Pinandita, Ketua PHDI DIY Bapak Drs. Nyoman Warta, M.Hum, Pengurus Pengempon Pura Banguntapan (Ketua, Sekretaris, bendahara, dan beberapa ketua seksi), hadir juga tokoh-tokoh umat Hindu Jogja Seperti Bapak Budi Sanyoto, Bapak Ketut Subawa dan Ibu. Dalam Dharma Tulanya, Nyoman Warta menyampaikan tentang pelaksanaan tawur agung di Prambanan, bahwa Tawur Agung seharusnya dilakukan di perempatan atau Catuspata, karena di Jogja dan Jawa tengah tidak memungkinkan untuk melakukan Tawur Agung di Perempatan, maka para pendahulu kita menginisiasi mengadakan Tawur Agung di Prambanan. Jadi pelaksanaan Tawur Agung di Prambanan adalah sebagai pancering bumi Nusantara penganti perempatan, yang menjadikan gunung dan laut (Segara Gunung) sebagai arah pemujaan, itulah alasan utama kenapa persembahyangan Tawur Agung dilakukan di sebelah selatan candi menghadap utara dan bukan menghadap Archa Siwa yaitu ke arah Barat.
Rombongan Pinandita didampingi oleh Romo sepuh Satya Buana dan Romo Istri dari Pura Medang kamulan, dalam sesi Dharma Tula, Romo sepuh menyampaikan tentang sejarah berdirinya Pura Medang Kamulan yang berawal dari lahan seluas 6 are (600 Meter persegi) dan sekarang luas totalnya 2 hektar, dibangun dengan corak candi khas Jawa Timur yang beralamat di Jl. Raya Medang Kamulan No. 9, Dusun Buku, Desa Mondoluku, Wringinanom, Kulon, Kesamben Kulon, Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Romo Sepuh yang selalu tampil dengan busana serba hitam menyampaikan bahwa busana hitam sudah menjadi ciri beliau sejak dahulu, meski ada pihak-pihak yang mempertanyakan perihal busananya tersebut, namun Beliau tetap akan menggunakannya kedepan, Beliau menjelaskan bahwa kita jangan mempersoalkan hal-hal yang tidak penting, karena itu lah keindahan Hindu. Hindu mengenal Desa Kala patra, Desa Mawa cara, jangan sampai mengalami kemunduran dengan berdebat pada hal-hal yang tidak seharusnya diperdebatkan, selain Beliau juga memiliki alasan tersendiri yang tentu ada dasar sastranya.
Kunjungan selanjutnya yaitu ke Pura Segara Wukir yang terletak di Kabupaten Gunungkidul pada keesokan harinya Sabtu 27 Nov 2021. (MDS)
Koreksi pak
Foredernya TNI AL
Siap, sudah direvisi