Upacara Melasti di Pantai Ngobaran Gunungkidul: ini makna Upacara Melasti
HinduJogja.com | Upacara Melasti di Pantai Ngobaran, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada Purnama Sasih Kesanga tanggal 24 Februari 2024, menghadirkan momen keagamaan yang sarat dengan makna dan nilai-nilai spiritual bagi umat Hindu di wilayah tersebut. Melasti, sebuah upacara yadnya dalam agama Hindu, memiliki signifikansi mendalam yang melampaui sekadar ritual keagamaan biasa. Upacara ini bertujuan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin, serta membawa pesan universal tentang kebersihan spiritual dan keseimbangan alam.
Didalam Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan :
Melasti adalah ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana , Artinya : Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.
Melasti, atau yang secara harfiah dapat didefinisikan sebagai “menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan”, menggambarkan esensi dari upacara tersebut. Dalam kepercayaan Hindu, air dianggap sebagai simbol kehidupan, yang memberikan kesuburan dan keberkahan bagi alam semesta. Sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan, yang memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup.
Pilihan lokasi untuk pelaksanaan Melasti di tepi pantai atau tepi danau memiliki alasan yang kuat dalam konteks simbolisme keagamaan Hindu. Tempat-tempat tersebut dianggap sebagai titik-titik energetik yang memungkinkan pengaliran energi suci ke dalam diri manusia serta penghanyutan segala kotoran atau dosa yang melekat pada diri manusia.
Pantai Ngobaran dipilih sebagai tempat Melasti oleh umat Hindu Gunungkidul karena memiliki nilai historis yang sangat luar biasa. Tempat ini diyakini sebagai tempat di mana leluhur mereka, Hyang Prabu Brawijaya, melakukan tapa bratha yoga dan samadhi. Dengan melakukan Melasti di tempat yang dianggap sakral seperti ini, umat Hindu ingin menghormati jejak spiritual leluhur mereka dan memperkuat ikatan spiritual dengan masa lalu mereka.
Tradisi Melasti yang diwariskan secara turun-temurun memiliki nilai-nilai luhur yang mendamaikan bagi diri dan seluruh alam semesta. Dalam sumber-sumber lontar, Melasti dijelaskan sebagai upaya untuk meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata, dengan tujuan menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan dosa-dosa yang melekat pada manusia, serta mencegah kerusakan alam.
Acara Melasti di Pantai Ngobaran menjadi bagian dari rangkaian perayaan Nyepi tahun saka 1946 tahun 2024. Dalam pelaksanaannya, Ida Sri Bhagawan Dalem Acarya Mahakerti Wira Jagat Manik bertindak sebagai Pemuput upacara, sementara PHDI Gunungkidul bertanggung jawab sebagai pengelola dan penyelenggara acara.
Dengan kekhusyukan dan kepatuhan, umat Hindu Gunungkidul menjalankan tradisi Melasti ini sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan, penghormatan kepada leluhur, dan sebagai wujud keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Melalui perayaan ini, mereka memperkuat ikatan spiritual dan memperkaya makna kehidupan mereka dalam menjalani tugas dan peran mereka sebagai umat Hindu
Selain menjadi momen penghormatan kepada leluhur dan penyucian diri, upacara Melasti juga menjadi kesempatan bagi umat Hindu untuk merenungkan dan memperbaiki hubungan mereka dengan alam semesta. Makna Melasti sebagai upaya untuk mencegah kerusakan alam menjadi semakin relevan di tengah tantangan lingkungan hidup yang semakin kompleks.
Dalam konteks modern, upacara Melasti di Pantai Ngobaran tidak hanya menjadi peristiwa keagamaan lokal, tetapi juga menjadi simbol penting tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Dengan menyelenggarakan Melasti di tempat-tempat alam yang khusus, umat Hindu secara tidak langsung mengingatkan kita semua akan tanggung jawab kita untuk menjaga kelestarian alam.
Pantai Ngobaran, sebagai tempat Melasti, juga menjadi saksi bisu dari perubahan lingkungan yang terus terjadi. Melalui upacara Melasti, umat Hindu di Gunungkidul menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga kebersihan laut dan pantai, serta melestarikan ekosistem yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak makhluk.
Partisipasi aktif PHDI Gunungkidul dalam penyelenggaraan acara Melasti juga menunjukkan komitmen mereka dalam melestarikan tradisi keagamaan dan lingkungan hidup. Kolaborasi antara pemuka agama, masyarakat, dan pemerintah daerah dalam upaya pelestarian lingkungan semakin menegaskan bahwa pelestarian alam adalah tanggung jawab bersama.
Melalui pelaksanaan Melasti, umat Hindu di Gunungkidul tidak hanya menyucikan diri secara lahir dan batin, tetapi juga mengajak kita semua untuk introspeksi dan bertindak secara nyata dalam menjaga kelestarian alam. Pesan-pesan kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi Melasti menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan.
Dengan demikian, Melasti di Pantai Ngobaran bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi panggilan untuk bertindak dalam menjaga kelestarian alam demi kesejahteraan bersama. Semoga semangat dan makna Melasti terus menginspirasi kita semua untuk berperan aktif dalam melestarikan alam demi generasi masa depan.