GEGURITAN SUCITA – SUBUDI dan COVID 1

 

Sucita Subudhi adalah salah satu karangan pujangga Bali yaitu Ida Ketut Jelantik dari Geria Tegeha Banjar, Singaraja. Karya sastra itu merupakan sebuah karya sastra Bali klasik yang berupa geguritan dengan jumlah pupuh atau bab yang seluruhnya 59 buah, 11 macam pupuh, dan 1841 bait. Wikipedia

Satu Bait Pupuh Sinom GEGURITAN SUCITA – SUBUDI Jauh-jauh hari telah menunjukkan jalan Bhakti yang TEPAT disaat ada Wabah COVID 19 datang. Seakan Sang Pengawi tahu benar akan terjadi Peristiwa dunia dimana semua orang harus Mencari dan Menemukan TUHAN yang ada dalam diri Tanpa harus Pergi Kemana-mana, Tanpa harus menghaturkan Canang Sari, tanpa harus Menyulut Dupa. Tanpa harus mengheningkan diri dengan Suara Genta. Sang Kawi menyurat sebagai berikut:

Jenek ring mèru sarira, kastiti Hyang Maha Suci, Mapuspa padmahredaya, maganta swaraning sepi, Maganda ya tisning budhi, malèpana sila hayu, Mawija mènget prakasa, kukusing Sadripu dagdi, Dupan ipun, madipa hidepè galang. (Sinom, Sucita Jilid I Bab I Pupuh 1)

Panjul: Selamat Pagi Kek, Om Swastyastu… Semoga selalu ada dalam Kesadaran Baik atas Lindungan Hyang Maha Kuasa. Semoga Kakek Sehat selalu dan Bahagia.

Ki Panji: Om Tat Sat, Om Santim Rcchati, Semoga Selalu Dekat denganNya, Tercerahkan oleh Nya, Semoga Tuhan Memberkati KEKEKALAN dan KEABADIAN RASA DAMAI. Mari Doakan seluruh warga Keluarga Besar kita Semoga selalu ada dalam Rasa Damai, Situasi damai di Pikiran dan hati. Panjul apa yang Perlu Kita diskusikan.

Panjul: Kek … Saya ingin diskusi tentang Bhakti atas dan dalam Tekanan COVID 19.

Ki Panji: Maksud Mu larangan melakukan Kebhaktian dan Pemujaan di Tempat-tempat Suci.

Panjul: Ya Kek… Dunia menghadapi dan melakukan hal yang sama di dalam menangani Pandemi Virus COVID 19. Seakan-akan COVID 19 melarang dan memberi ancaman Kematian kepada Umat Manusia kalau bersama-sama ramai-ramai melakukan Puja Bhakti di Pura. Sesuatu yang Terbalik rasanya Kek, Sesuatu yang tidak bisa diterima rasa hati.

Baca juga :   PENDAPAT SANJAYA DALAM BAB PENUTUP BHAGAVAD GITA

Ki Panji: Iya Panjul…Melakukan Puja Bhakti Sembahyang bersama-sama di Pura untuk saat seperti ini tidak laik dilakukan. Dunia memilih Social Distancing adalah jalan terbaik untuk memutus perkembangan wabah COVID 19. Berkumpul-kumpul membuat penyebaran Covid 19 meraja lela. Bhakti yang Tepat dilakukan adalah Bhakti di rumah-rumah Sendiri. Bhakti kedalam diri sendiri, Bhakti mencari Beliau di dalam diri.

Panjul: Maksud Kakek…. Melakukan Puja Bhakti di Merajan, Pelinggih, kamar suci di rumah-rumah masing-masing. Sembahyang merenungkan Beliau sendiri-sendiri.

Ki Panji: Panjul… Cucuku. Sesungguhnya Tuhan yang Maha Suci dan Maha Kuasa tidak perlu jauh-jauh dicari, di puja, dan diastiti. Menghadapi COVID 19 memuja Tuhan tidak harus bersama-sama mencakupkan tangan di bawah Meru Tumpang 11 di Jeroan Pura. COVID 19 telah memberi petunjuk jalan Pencarian Ngastiti Tuhan dengan Cara Memuja beliau yang ada di dalam Meru Sarira yakni Tuhan yang ada di dalam Lubuk Hati yang paling dalam. COVID 19 mengarahkan manusia memuja Beliau dengan Bunga-bunga Hati (Padma Hrdaya) yang tulus iklas suci. Dilakukan dalam alunan indahnya Suara Genta yang Sunyi Sepi tanpa Nada. COVID 19 mengajari dan menunjukkan Pemujaan Tuhan tidak harus menggunakan harum-haruman Ganda dupa burat wangi, Tetapi dengan Bau Harumnya Budhi yang halus, Sejuk Tis, dibungkus/dilepa dengan Tingkah Laku Susila, Tingkah laku yang Hyu, yang Cantik, yang baik dan benar.
COVID 19 menunjukkan bahwa Prakasa atau Pikiran yang selalu Ingat Kepada Tuhan adalah Bija maha utama, lebih utama dari Bija Biji Beras yang menempel diantara dua kening. COVID 19 memberi tahu Mendekatkan diri pada Hyang Maha Suci ada Syaratnya yaitu Enam Musuh dalam diri Kama, Loba, Kroda, Mada, Moha, Matsrya (Sadripu) harus sudah Kukus Musnah Hilang. Disaksikan oleh Dupa Dipta Pikiran atau Idep yang Terang Galang Benderang. Dengan praktik seperti ini IMUN Jasmani dan Rohani meningkat Kuat dan Tebal. Disinilah Manusia Kuat Berdamai dengan VIRUS COVID 19. Itulah Petunjuk yang ada dalam salah satu tembang Sinom Geguritan Sucita Subudi.

Baca juga :   Weda menjelaskan, Jangan mengharap!!! Lihat akibatnya

Panjul: Luar biasa Kek… Seakan Sang Kawi Geguritan sudah tahu bakal terjadi Peristiwa seperti sekarang ini. Kata Cenk Blonk: Dulu Bersatu kita Teguh, Bercerai kita Runtuh, Sekarang berubah Bersatu Kita Jatuh, Bercerai dan Patuh kita Teguh.

Ki Panji: Ya Betul…. Itulah Kebenaran duniawi yang tidak kekal, Ada saatnya benar dan cocok, ada kalanya berubah 180 derajat. Yang dulu salah menjadi benar, dan yang benar menjadi salah.

Panjul: Paham Kek… Terimakasih, Bhakti Rahayu Peranda Kawi sane ngawi Geguritan Sucita Subudi.
INDAH Sekali Kek… Terimakasih. Om Shanti Shanti Shanti Om

Namaskar
Damai Selalu

Ki Panji & Panjul
Jepun Bali Jogja Timur

Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *