Giri Kerti Bakti pada Hyang Merapi
Giri Kerthi atau Menjaga Keselamatan Gunung sebagai Bhakti kepada Tuhan Penguasa Jagat
Dalam rangka perayaan hari suci Nyepi tahun Saka 1942 (2020 Masehi), umat Hindu di Propinsi D.I.Y yang dikoordinir oleh Panitya Nyepi, akan melaksanakan salah upacara yaitu Giri Kerthi. Giri yang berarti Gunung dan Kerthi adalah pengabdian atau bhakti. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa umat Hindu melaksanakan pengabdian/bhakti yang tulus bagi kelestarian dan keselamatan Gunung & Hutan sebagai sumber kehidupan manusia dan alam semesta/jagat raya.
Upacara Giri Kerthi ini didasarkan pada kitab suci Purana yang memberikan tuntunan dalam bentuk laku (perbuatan) sebagaimana dikisahkan, berikut ini.
“Dalam Purana dikisahkan di sebuah Desa yang bernama Gokula, yang dipimpin oleh Nanda Maharaja dengan istrinya Yasoda. Mereka tinggal bersama putranya yang bernama Shri Krishna. Mereka dan penduduk desa hidup sebagai petani dan peternak Sapi. Mereka menggembalakan sapinya di lereng bukit yang bernama Govardhan. Ketika Shri Krishna kecil, bersama dengan teman sebayanya, Beliau juga ikut belajar menggembalakan anak-anak sapi. Mereka bermain di lereng bukit sambil mengawasi anak-anak sapi yang sudah dipercayakan kepada mereka untuk di Jaga. Bukit Govardhan adalah sebuah bukit indah nan hijau yang dihiasi rumput segar bak permadani yang indah. Sehingga pemandangan yang luar biasa ini sangat sayang untuk di abaikan.
Suatu hari, tibalah saatnya warga desa untuk melaksanakan pujha. Pujha kepada Dewa Indra, Raja Surga yang menganugerahkan hujan sehingga rumput tumbuh subur dan sapi-sapi bisa menikmati makanan dengan lahapnya dan tanaman juga bisa tumbuh subur serta penduduk desa bisa berbahagia tinggal di desa tersebut. Warga desa, yang dipimpin oleh Nanda Maharaja sedang berdiskusi bagaimana upacara yang terbaik mesti dilaksanakan agar pemujaan kepada Dewa Indra dapat diterima dan mereka memperoleh anugrah-Nya. Mereka sepakat melaksanakan kegiatan korban suci kepada Dewa Indra pada waktu yang disepakati. Namun, di saat itu Shri Krishna mendengar perbincangan mereka, dan Shri Krishna meminta ijin untuk ikut urun rembug sebagai bagian dari warga Desa. Shri Krishna mengusulkan, daripada mempersembahkan korban suci kepada Dewa Indra, lebih baik memuja bukit Govardhan, karena bukit Govardhan memberikan segala hasil bumi, rumput untuk makanan sapi, dan pemandangan yang indah, udara yang segar kepada lingkungan sekitarnya.
Terjadi perdebatan disana, setelah diskusi yang cukup lama, akhirnya diputuskanlah untuk mengikuti usul Shri Krishna.
Mengetahui hal ini, Dewa Indra marah, dan memberikan hujan badai kepada Desa tersebut selama tujuh hari tujuh malam. Semua penduduk desa berlindung pada Shri Krishna, Shri Krishna melindungi Penduduk Desa dengan mengangkat Bukit Govardhan dengan jari kelingking kirinya. Selama tujuh hari tujuh malam juga warga terlindungi dan Dewa Indra akhirnya takluk setelah Shri Krishna dengan serulingnya memberikan pencerahan bahwa Bumi sebagai salah satu dari Ibu patut untuk di Pujha, sedangkan Dewa Indra sebagai Raja Surga hanyalah kepribadian yang diberi kepercayaan oleh Tuhan YME untuk memberikan hujan secukupnya kepada masyarakat atau bumi ini”.
Pelaksanaan Upacara Giri Kerthi di Gunung Merapi
Pelaksanaan Giri Kerthi ini sebagai bhakti kita kepada Tuhan, dalam wujud Gunung & Hutan atau bukit, yang memberikan berbagai hal untuk kesejahteraan kita. Kegiatan Giri Kerthi di Gunung Merapi, tepatnya di Petilasan Mbah Maridjan ini memberikan pemahaman bahwa kita perlu menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari hubungan yang harmonis antara manusia dengan Alam, antara manusia dengan Sesama Manusia, dan antara manusia dengan Tuhan sebagai penguasa segala sesuatu (Tri Hita Karana).
Perayaan upacara Giri Kerthi kali ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 08 Maret 2020 dimulai pada jam 08.00 WIB. Upacara ini akan dihadiri oleh Bupati/Wakil Bupati Sleman, beserta muspida dan pejabat daerah setempat. Upacara dimulai dengan kirab/pawai prosesi dari pelataran parkir Telaga Putri menuju Taman Wisata Kaliurang. Prosesi akan dikawal oleh bergodo yang mengantarkan sesaji/banten dan juga lima jenis hewan persembahan berupa kambing, anjing, kucing, kelinci dan tikus. Di pendopo Taman Wisata Kaliurang akan dilaksanakan upacara seremonial berupa Dharma Wacana dan sambutan-sambutan, yang akan diakhiri dengan penanaman pohon secara simbolis oleh Bupati/Wakil Bupati Sleman, yang kemudian diikuti dengan penanaman 1.000 batang pohon oleh masyarakat setempat. Acara puncak berupa labuhan/ngerarung sesaji akan dilaksanakan di Watu Tumpang – Gunung Merapi, dan persembahyangan bersama oleh seluruh umat peserta upacara yang akan dipimpin oleh Sira Mpu Girinatha.
Selamat berbahagia dalam Bhakti. Om Tat Sat.
(Oleh: PHDI Kab. Sleman, Alit Merthayasa).