Kedudukan Orang Tua sebagai Perwujudan Tuhan dalam Ajaran Veda
Pendahuluan
Dalam filsafat Hindu, konsep hubungan anak dengan orang tua ditempatkan pada tingkat spiritual yang sangat tinggi. Orang tua, terutama ayah (pitṛ) dan ibu (mātṛ), tidak hanya berfungsi sebagai pemberi kehidupan secara biologis, melainkan dipandang sebagai perwujudan Tuhan di dunia bagi anak-anaknya. Pandangan ini berakar kuat dalam kitab suci Veda, Dharmaśāstra, serta epos Mahābhārata, yang menegaskan bahwa bakti seorang anak kepada orang tua merupakan jalan menuju keridhaan Tuhan.
Sloka dari Manusmṛti dan Taittirīya Upaniṣad
Kedudukan luhur orang tua dijelaskan dalam Manusmṛti (2.227), yang juga ditemukan dalam Taittirīya Upaniṣad (Śikṣāvallī, Anuvāka 11):
Sanskerta:
मातृदेवो भव। पितृदेवो भव। आचार्यदेवो भव। अतिथिदेवो भव॥
Transliterasi:
mātṛ-devo bhava, pitṛ-devo bhava, ācārya-devo bhava, atithi-devo bhava
Terjemahan:
“Jadilah engkau yang memandang Ibu sebagai perwujudan Tuhan, Ayah sebagai perwujudan Tuhan, Guru sebagai perwujudan Tuhan, dan Tamu sebagai perwujudan Tuhan.”1
Sloka ini menjadi dasar ajaran etika Hindu tentang penghormatan kepada empat pihak yang dianggap sebagai manifestasi ilahi: ibu, ayah, guru, dan tamu. Penderitaan dan kesulitan yang dialami orang tua dalam melahirkan manusia tidak dapat dibayar atau dikompensasi, bahkan setelah seratus tahun pun
Penegasan dari Mahābhārata
Lebih lanjut, Mahābhārata (Ādi Parva 71.35) memberikan penekanan khusus mengenai kedudukan seorang ibu:
Sanskerta:
सहस्रं तु पितॄन् माता गौरवेणातिरिच्यते।
नास्ति मातुः समोऽभ्यर्च्यः पितृभिर्नापि देवतैः॥
Transliterasi:
sahasraṁ tu pitṝn mātā gauraveṇātiricyate
nāsti mātuḥ samo ’bhyarcyaḥ pitṛbhir nāpi devataiḥ
Terjemahan:
“Ibu lebih mulia daripada seribu ayah. Tidak ada yang sebanding dengan ibu untuk dihormati, baik oleh para ayah maupun para dewa.”2
Kutipan ini menegaskan bahwa peran ibu menempati posisi yang paling utama dalam kehidupan manusia, bahkan melebihi figur ayah dan para dewa.
Makna Filosofis
Berdasarkan sloka-sloka tersebut, terdapat beberapa poin penting:
Ibu sebagai sumber kehidupan – Rahim ibu adalah tempat penciptaan, dan kasih sayangnya tidak ternilai.
Ayah sebagai pelindung dan penuntun – Memberikan arah hidup, keteguhan, serta perlindungan.
Guru sebagai cahaya pengetahuan – Penuntun rohani dan intelektual.
Tamu sebagai titipan ilahi – Wajib dihormati, sebagai bentuk penghargaan terhadap seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
Dengan demikian, penghormatan kepada orang tua bukan sekadar kewajiban moral, melainkan merupakan bagian dari praktik spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Di era modern, relasi anak–orang tua seringkali tergeser oleh kesibukan dan individualisme. Ajaran Weda ini tetap relevan: dengan menghormati orang tua, seorang anak tidak hanya menjaga nilai-nilai keluarga, tetapi juga melaksanakan dharma (kewajiban suci). Bhakti kepada orang tua dipandang setara dengan upacara yadnya, karena sejatinya merupakan persembahan kepada Tuhan dalam bentuk paling nyata.
Penutup
Ajaran Veda dan Mahābhārata menegaskan bahwa:
Orang tua, khususnya ibu, adalah perwujudan Tuhan yang wajib dihormati.
Penghormatan kepada orang tua adalah jalan menuju keridhaan Tuhan.
Bhakti kepada orang tua bernilai sama dengan bhakti kepada para dewa.
Dengan demikian, pesan suci “Mātṛ-devo bhava, Pitṛ-devo bhava” hendaknya menjadi landasan etika dan spiritual dalam kehidupan setiap anak.






