Peran Tokoh Agama melalui Dialog dalam Menjaga Harmoni dan Menanggulangi Pandemi Covid-19
Acara sarasehan lintas iman yang rutin dilaksanakan dalam rangka perayaan hari raya Nyepi di DIY, tahun ini kembali diselenggarakan sesuai prokes dan secara daring.
Sesuai tema Nyepi tahun ini yaitu: Dengan Semangat Hari Suci NyepiTahun Saka 1943 Kita Memayu Hayuning Bhuwana dan Meningkatkan Harmoni Menuju Indonesia Sehat, Panitia Nyepi mengadakan sarasehan lintas iman dengan judul “Peran Tokoh Agama melalui Dialog dalam Menjaga Harmoni dan Menangulangi Pandemi Covid-19” yang dilaksanakan di Gedung Santi Sasana Pura Banguntapan pada hari Minggu tanggal 7 Maret 2021 yang diikuti oleh umat dan umum secara daring melalui Zoom dan juga melalui siaran live di You Tube.
Gamelan dan tembang oleh grup Karawitan Pasraman Widya Dharma Banguntapan mengiringi kedatangan para narasumber dan peserta sarasehan.
Acara kemudian dibuka oleh MC ibu Mujirah dan dengan doa yang dipimpin oleh Jero Gede Dwija Achir Murti Adiwiyono yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dipimpin oleh ibu Chandra.
Selanjutnya, seperti biasa acara dilanjutkan dengan sambutan dari:
- Ketua Panitia Hari Suci Nyepi DI Yogyakarta, Bapak Prof. Dr. Wayan T. Artama
- Pembimas Hindu Kanwil Kemenag DIY, Ibu. Dra. Mugiyani, M.Pd. H.
- Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia DIY Bapak Drs. I Nyoman Warta M, Hum.
Kemudian acara inti dimulai dengan Keynote Speaker Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., MA (Rektor UIN Sunan Kalijaga) yang kemudian ditanggapi oleh:
- Abdul Muhaimin (Tokoh Islam FPUB DIY)
- Romo Martinus Joko Lelono (Tokoh Katholik DIY)
- Timothy Apriyanto (Tokoh Kristen FPUB DIY)
- AAGN Ari Dwipayana, M.Si (Tokoh Hindu Nasional)
- Dr. Effendi Tanumiharja (Tokoh Budha FPUB DIY)
- Ki Demang Wangsafyiudin (Tokoh Kepercayaan Sunda Wiwitan)
Sarasehan yang berlangsung selama 3 jam ini berlangsung seru diselingi dengan tarian Topeng Kelono (oleh Redian dan Ichal) dan Tari Cendrawasih (oleh Ni Made Olive dan Ni Made Nia dari Sanggar Saraswati).
Adanya peran Forum Persaudaraan Umat Beriman di Yogyakarta (FPUB), dialog menjadi berkembang bukan sekedar wacana tetapi juga melaksanakan dialog karya terutama response bila ada bencana alam dan juga terjun ke masyarakat, ke dusun-dusun untuk mengkampanyekan pentingnya peseduluran sejati tanpa membedakan agama.
Dialog karya ini sebaiknya mengikut sertakan seluruh komponen dari berbagai kepercayaan, etnis dan status sosial agar menjadi sedulur(nyedulur). Kaum agamawan dan masyarakat diharapkan terlibat dalam penanggulangan bencana dan masalah-masalah sosial di masyarakat.
Apapun yang terjadi, siapapun pemerintahnya, diharapkan para pemuka agama dengan setia tetap mengusahakan dengan tulus untuk mengadakan dialog- dialog seperti ini karena dialog ini akan abadi diingat selamanya sedangkan politik akan cepat berlalu. Dialog yang membangun harmoni, kebersamaan, toleransi saling memahami. Jangan sampai dialog antar agama ini hanya sesaat apalagi jika ada motivasi politik. Sebaiknya sungguh- sungguh ikhlas dari nurani terdalam, bukan basa-basi untuk kepentingan tertentu, karena kita sedang membangun peradaban Indonesia.
Saat ini umat beragama sedang dipertajam dengan munculnya identitas kelompok dan ditambah dengan pelaksanaan agama bukan secara moderat tapi radikal yang sering ditunggangi. Agama mestinya menjadi solusi atas ragam persoalan, jangan ragu untuk berdialog tentang isu-isu sensitif agar tidak menjadi makanan enterpreuner politik. Sehingga penting dialog ini dilakukan dengan ikhlas dari lubuk hati yg terdalam.
Jangan ragu-ragu untuk mengulang-ulang kata-kata positif seperti dialog, saling mengerti, saling memahami dan saling belajar, karena di sosial media kata-kata negatif yang mempertajam perbedaan juga diulang-ulang sehingga orang mudah terbakar. Begitupun mengulang-ulang hal yang positif akan memberikan efek positif yang kemudian menjadi habit (kebiasan) sehingga kemudian menjadi culture (budaya).
Diharapkan untuk mengulang-ulang hal positif ini di komunitas masing-masing walaupun membosankan karena pesan yang sama terus-menerus, tapi nantinya akan bisa mempunyai efek positif secara nasional.
Dan juga hilangkan/hindari/kurangi sikap-sikap benci, serakah, kegelapan batin dan iri sehingga kedamaian bisa terwujud.
Acara dialog ini ditutup dengan pembacaan ikrar bersama untuk menjaga toleransi, kerjasama sehingga tercipta keharmonisan.
Semoga dengan adanya acara-acara dialog lintas agama seperti ini bisa membawa perubahan yang nyata terutama dalam hal toleransi beragama di Indonesia pada umumnya dan khususnya DIY.