TEORI BELAJAR DALAM DIKSA PARIKSA

Belajar adalah proses konstruksi sikap luhur, pengetahuan aparavidya-paravidya, dan ketrampilan bertindak sebagai akibat dari proses adaptasi diri. Konstruksi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan bersifat melekat pada diri seseorang. Dalam proses konstruksi terjadi proses asimilasi yakni terbangunnya pengalaman baru sebagai akibat diperolehnya pengetahuan baru, tuntunan baru. Secara simultan juga berlangsung proses akomodasi yakni tertatanya pengetahuan baru sebagai akibat dari pengalaman baru yang didapat.

Selama proses belajar kamajuan perilaku seseorang dalam belajar ditentukan oleh kesiapan dirinya (Teori low of readiness dari Edward Lee Thorndike). Seseorang yang memiliki kesiapan yang baik akan memungkinkan lebih baik hasil belajarnya. Sebaliknya jika kesiapannya kurang maka hasil belajarnya juga akan minim.
Diksa Pariksa yang dilakukan kepada Diksita adalah proses pemeriksaan kesiapan seseorang yang akan belajar menjalani hidup kepanditaan.
Diksa pariksa dilakukan untuk memastikan kesiapan diksita didalam pengembangan kapasitasnya sebagai pandita. Sampai kondisi apa seorang calon diksita memiliki kesadaran belajar sebagai pandita, siap hidup di tengah-tengah masyarakat, terus belajar dan belajar berbagai Jnanam Jneya.

Diksa pariksa adalah konsolidasi antara self assessmen (penilaian diri) calon diksita dan penilaian calon nabe serta masyarakat yang diwakili PHDI terkait kesiapan diri.
Dalam diksa pariksa self assessmen sangat penting dan bahkan utama. Untuk itu PHDI perlu menyusun instrumen self assessmen yang dapat digunakan oleh masyarakat di dalam mengukur kapasitas dirinya dalam berproses sebagai Pandita.
Diksa pariksa dari Calon Nabe lebih menguatkan dan memastikan calon Diksita benar-benar siap. PHDI sebagai majelis mengesahkan dan memberi sertifikat lalu menyampaikan kesiapan calon diksita kepada masyarakat.

Seorang Diksita wajib memiliki Nabe agar mendapat tuntunan didalam melaksanakan kebiasaan-kebiasaan ke Panditaan (Teori Behavior Arbert Bandura).

Baca juga :   Melasti Yogyakarta Biasanya diikuti Ribuan Orang

Seorang calon diksita yang telah lolos diksa pariksa, secara sosial menyiapkan diri melaksanakan upacara dwijati di tengah-tengah masyarakat. Dan selanjutnya hadir di tengah masyarakat bersama masyarakat membangun ide gagasan belajar memecahkan masalah umat (teori kognitivisme pemrosesan informasi Jerome Bruner). Seorang Pandita bersama masyarakat belajar melakukan berbagai hal terkait kebutuhan umat (teori learning by doing Roger Schank).
Pandita bersama masyarakat bahu membahu bekerjasama saling bantu melaksanakan kewajiban-kewajiban di masyarakat (Teori Scaffolding Vygotsky). Berkelanjutan menjalankan sesana membangun berbagai pengalaman (Teori Experience-based learning David Boud & Ruth Cohen).

Rahayu

Ki Panji

Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *