TRI HITA KARANA DALAM PERAYAAN HARI NYEPI
Di pesisir Pantai Parang Kusumo telah berjejer 9 Jempana dihiasi umbul-umbul lelontek. Sesaji Melasti telah digelar, Tetabuhan berkumandang menambah suasana sakral. Sebelas Ibu-ibu penari rejang berjejer siap menyambut Bupati Bantul.
Suatu gambaran ritual melasti yang sudah rutin dilaksanakan setiap menyongsong HR Nyepi. Upacara ini berdimensi manusia-Tuhan, manusia-manusia, manusia-alam semesta. Tema Perayaan Nyepi th 2024 ini Hamemayu Hayuing Bawana sangat sesuai dengan pembangunan Jogja Istimewa. Dimulai dari hamemayu hayuning diri lanjut hamemayu hayuning keluarga, hamemayu hayung sesami golog giling nyawiji manunggaling kawula gusti. Ada greget dan kesengguhan beryadnya. Semua potensi ruang dan waktu terisi oleh masing-masing person.
Menuju hamemayu hayuning bawana membutuhkan pengetahuan yang baik tentang diri sebagai manusia Tri Hita Karana.
Manusia tersusun dari tiga lapis badan yang dikenal dengan konsep Tri Sarira. Tiga lapis badan itu adalah:
- Antakarana Sarira (Atma),
- Suksma Sarira (Pikiran, Ahamkara, Budhi) dan
- Stula Sarira (badan wadag lengkap dengan seluruh indria). Keharmonisan ketiga lapis badan ini membangun hita atau kebahagiaan.
Pikiran (manah), Ahamkara (ego), dan Kecerdasan Budhi yang ada pada lapis tengah (Suksma Sarira) menjadi kunci penggerak dan penentu kebahagiaan.
Keharmonisan Pikiran, Ego, Budhi akan membangun prana diri Sabda, Bayu, Idep yang bijaksana, baik, dan berguna. Keharmonisan Pikiran, Ego, dan Budhi terhadap Atman yang ada pada lapis badan Anta Karana Sarira membangun kesadaran hakiki, kesadaran niskala ke Tuhanan. Keharmonisan Pikiran, Ego, dan Budhi terhadap badan dan seluruh indriawi membangun kesadaran dunia sekala. Ketiga keharmonisan ini adalah Tri Hita Karana dalam diri Manusia.
- Keharmonisan Pikiran, Ego, dan Budhi terhadap Atman menjadi Prahyangan.
- Keharmonisan diantara Pikiran-Ego-Budhi menjadi pawongan atau prana kehidupan.
- Keharmonisan Pikiran, Ego, dan Budhi terhadap badan dan seluruh indria menjadi Palemahan.
Kunci manusa hita ada pada keharmonisan ketiga lapis ini. Manusa hita kemudian menjadi pawongan penggerak kebahagiaan kesejahteraan di keluarga dan masyarakat.
Menerapkan ajaran Tri Hita Karana sudah sepatutnya dimulai dari membangun manusa tri hita karana melalui Pendidikan holistik. Pendidikan yang menyentuh aspek pikiran, ego, kecerdasan, atman, panca indria, kesehatan kebugaran badan, skill motorik, skill berpikir, skill bertindak, mental, moral, teknologi, sains, seni, budaya, lingkungan, ekonomi, kesehatan dst.
Manusa hita di keluarga dan masyarakat menjadi pawongan kunci dalam membangun Prahyangan dan Palemahan. Gagalnya penerapan Tri Hita Karana disebabkan oleh tidak berakarnya pada pembangunan Manusa Hita sebagai kunci pawongan. Pengembangan kesadaran Pikiran, Ego, Budhi merasuk ke kesadaran niskala Atman dan sekala badan wadag dan indria menjadi kunci penting.
Perayaan Hari Raya Nyepi, Galungan, Kuningan adalah sarana spiritual untuk penumbuhan kesadaran Tri Hita Karana. Sudah sepatutnya Perayaan Nyepi terdiri dari:
- Upacara Wana Kerthi, Giri Kerthi, Reresik segara dan Tawur kesanga untuk membangun kesadaran palemahan.
- Rangkaian Bhakti sosial, Pemeriksaan kesehatan, Dharma sadana, Dharma tula untuk mengukuhkan pendidikan kesadaran pawongan.
- Upacara persembahyangan, tapa brata yoga semadi, ngembak geni, membangun kesadaran Atman dan Prahyangan.
- Upacara Melasti menjadi ritual penyucian ngasti segala mala yang ada dalam diri. Melasti adalah Mandi Besar sekala niskala.
Dalam rangkaian melasti menjadi penting memperhatikan tindakan berupacara sebagai praksis yang bernilai dasar filosofi, bernilai instrumental tujuan yang jelas.
Perhatian yang berulang disampaikan agar umat membuang sampah upacara pada tempat yang sudah disediakan penting ditangkap sebagai tindakan yang didasarkan pada nilai dasar hamemayu hayuning bawana.
Perayaan HR Nyepi yang beririsan dengan HR Galungan dan Kuningan memberi ruh dan spirit yang semakin tebal. Sugihan Jawa sebagai prosesi pembersihan fisik, Sugihan Bali sebagai prosesi pembersihan bathin, Penyekeban sebagai prosesi inkubasi kesucian lahir bathin, Penyajaan sebagai prosesi pemantapan dan kesungguhan, Penampahan sebagai penanda nampek atau dekatnya pikiran manusia dan kesadaran manusia dengan Tuhan semesta alam menjadi kunci Kemenangan Dharma atau Galungan.
Tri Hita Karana dalam diri manusia, keluarga, dan masyarajat menjadi kunci kesehatan, kebahagiaan, kesejahteraan. Perayaan HR sudah seharusnya membangun budaya dan kebudayaan hidup Spiritual sehari-hari.
MANUSIA KUNCI dalam Ajaran Jogja
Pertama, Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa (kelestarian dan keselamatan dunia ditentukan oleh kebijaksanaan manusia). Kedua, Darmaning Satriya Mahanani Rahayuning Nagara (pengabdian ksatria menyebabkan kesejahteraan dan ketentraman negara). Ketiga, Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane (kesejahteraan dan ketentraman manusia terjadi karena kemanusiaannya). Manusia menjadi kunci pokok. Pendidikan holistik membangun karakter Ksatriya-Pinandita
Salam Damai
Rahayu langgeng
Mulyo langgeng.
Ditulis untuk menyertai khusuknya sembahyang Melasti di hamparan pasir Pantai Parang Kusumo.
Ki Panji