Bhagavad-gita tembang Jawa
Bab 1 dari Bhagavad Gita, yang dikenal sebagai “Arjuna Visada Yoga” atau “Yoga tentang Keraguan Arjuna,” membuka dengan latar belakang awal pertempuran di medan Kurukshetra. Dalam situasi ini, Arjuna, seorang prajurit dari Pandawa, merasakan keraguan moral yang mendalam.
Saat melihat saudara, teman, guru, dan kerabatnya di pihak lawan yang akan terbunuh dalam pertempuran, Arjuna merasa terpukul dan terombang-ambing oleh keraguan. Dia merasa dilematis antara melaksanakan tugas sebagai ksatria atau menolak bertempur demi menghindari korban jiwa yang tak terhindarkan.
Dalam kebimbangan ini, Arjuna berbicara kepada Sri Krishna, sahabat dan penasihatnya, mengenai keraguannya dan keengganannya untuk berpartisipasi dalam pertempuran yang potensial berakibat fatal. Dia merasa lebih bijak untuk menjadi seorang petapa daripada ikut serta dalam pertempuran tragis tersebut.
Namun, dalam tanggapannya, Sri Krishna mengajarkan kepada Arjuna tentang pentingnya menjalankan tugas sesuai dharma (tugas moral) seorang ksatria. Sri Krishna membuka pandangannya tentang moralitas, tanggung jawab, dan konsep tindakan tanpa mengikatkan diri pada hasil. Dia mengilustrasikan pentingnya melaksanakan tugas sesuai ketentuan alam semesta.
Bab ini membuka jalan bagi ajaran mendalam tentang tanggung jawab, moralitas, dan pengabdian dalam konteks dharma yang menjadi dasar Bhagavad Gita. Bab ini juga memperkenalkan ketidakpastian dan konflik dalam pikiran Arjuna yang akan dijawab oleh Sri Krishna dalam bab-bab berikutnya.
Tembang Jawa Mocopat biasanya terdiri dari bait-bait pendek yang dibuat dalam bentuk puisi, dengan bahasa yang sederhana dan jelas. Tembang ini sering mengangkat tema tentang kebijaksanaan, keadilan, cinta, dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun bentuknya sederhana, Mocopat memiliki makna yang mendalam dan mendidik, serta memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi.
Dalam Video ini, ditampilkan lantunan Bhagavad-gita dalam tembang Jawa, Bab 1 sloka 1 – 10.
