Tri Guna Sattva Rajas Tamas

BAB XVII – Atha Saptadaso Dhyayah

Sraddhatraya-Vibhaga Yoga

 

Pengertian

Sraddha (श्रद्धा): Artinya “keyakinan” atau “kepercayaan”

Traya (त्रय): Artinya “tiga”

Vibhaga (विभाग): Artinya “pembagian” atau “klasifikasi”

Yoga (योग): Secara harfiah berarti “persatuan” atau “penyatuan”. Dalam konteks Bhagavad Gita, Yoga sering merujuk pada disiplin atau jalan spiritual

 

Makna Keseluruhan

Sraddhatraya-Vibhaga Yoga dapat diterjemahkan sebagai “Yoga Pembagian Tiga Jenis Keyakinan”. Ini berarti bab ini membahas tentang pembagian dan klasifikasi keyakinan manusia ke dalam tiga jenis berdasarkan pengaruh sifat alam (guna) yang dominan: sattva (kebaikan), rajas (gairah), dan tamas (kegelapan).

3 Hal yang diatur atau dibahas 

  1. Sifat Keyakinan : Sattva – Kebaikan, Rajas – Kenafsuan, Tamas – Kebodohan. (Sloka 2-6) 
  2. Makanan : Sattva, Rajas, Tamas (Sloka 7-10)
  3. Persembahan/Pertapaan (Yadnya) : Sattva, Rajas, Tamas (Sloka 11-27)

3 Jenis sifat Keyakinan

  • Sattva (Kebaikan): Orang yang memiliki keyakinan sattvik menyembah dewa-dewa dan melakukan praktik spiritual dengan ketulusan dan kesucian.
  • Rajas (Gairah/Nafsu): Orang yang memiliki keyakinan rajasik menyembah yaksa (makhluk setengah dewa) dan raksasa (iblis), serta mencari keuntungan materi dan kekuasaan.
  • Tamas (Kegelapan): Orang yang memiliki keyakinan tamasik menyembah roh-roh halus dan makhluk jahat, melakukan ritual dengan kebodohan dan kekerasan.

1. Keyakinan Sattvik (Sattva)

Sattva adalah sifat alam yang mencerminkan kebaikan, kemurnian, dan keseimbangan. Keyakinan yang bersifat sattvik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Kemurnian dan Kesucian: Orang yang memiliki keyakinan sattvik beribadah dengan tulus dan niat murni. Mereka menghormati dewa-dewa dan mengikuti ajaran kitab suci dengan penuh keyakinan.
  • Pencarian Kebenaran: Keyakinan sattvik diarahkan pada pencarian kebenaran, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Orang-orang ini cenderung menjalani kehidupan yang disiplin dan berfokus pada pengembangan spiritual.
  • Kedamaian dan Harmoni: Mereka yang memiliki keyakinan sattvik berusaha untuk hidup dalam kedamaian dan harmoni, baik dengan diri sendiri maupun dengan lingkungan sekitar. Mereka menghindari kekerasan dan hidup dalam kasih sayang dan pengertian.
  • Pengorbanan Tanpa Pamrih: Pengorbanan dan tindakan yang dilakukan dengan keyakinan sattvik dilakukan tanpa mengharapkan imbalan, semata-mata untuk kebaikan dan keharmonisan universal.

2. Keyakinan Rajasik (Rajas)

Rajas adalah sifat alam yang mencerminkan gairah, aktivitas, dan ambisi. Keyakinan yang bersifat rajasika memiliki ciri-ciri berikut:

  • Ambisi dan Keinginan: Orang yang memiliki keyakinan rajasik beribadah dan melakukan tindakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan material, kekuasaan, atau kepuasan pribadi. Mereka didorong oleh keinginan dan ambisi yang kuat.
  • Pencarian Imbalan: Keyakinan rajasik sering kali diarahkan pada pencarian imbalan, pengakuan, dan status sosial. Mereka cenderung melakukan pengorbanan dan tindakan dengan harapan mendapatkan sesuatu sebagai imbalan.
  • Ketidakstabilan Emosi: Orang-orang ini sering kali mengalami ketidakstabilan emosi dan kegelisahan karena dorongan yang terus-menerus untuk mencapai tujuan mereka. Mereka mungkin merasa tidak puas dan gelisah meskipun telah mencapai banyak hal.
  • Persaingan dan Kegigihan: Keyakinan rajasik mendorong individu untuk bersaing dan gigih dalam mengejar tujuan mereka, sering kali tanpa memperhatikan dampak tindakan mereka terhadap orang lain.
Baca juga :   PENYUCIAN DIRI SEJATI

3. Keyakinan Tamasik (Tamas)

Tamas adalah sifat alam yang mencerminkan kegelapan, kebodohan, dan kemalasan. Keyakinan yang bersifat tamasik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Kebodohan dan Ketidaktahuan: Orang yang memiliki keyakinan tamasik beribadah dengan cara yang salah atau tidak sesuai dengan ajaran kitab suci. Mereka mungkin menyembah roh-roh jahat atau makhluk yang tidak suci.
  • Kelesuan dan Kemalasan: Keyakinan tamasik sering kali disertai dengan kelesuan, kemalasan, dan kurangnya motivasi. Orang-orang ini mungkin tidak memiliki semangat atau keinginan untuk berbuat lebih baik atau mencapai sesuatu yang lebih tinggi.
  • Kekerasan dan Penyiksaan Diri: Dalam keyakinan tamasik, individu mungkin melakukan tindakan atau ritual yang berbahaya atau menyiksa diri sendiri, tanpa memahami makna sejati dari tindakan mereka.
  • Kebingungan dan Disorientasi: Orang-orang dengan keyakinan tamasik sering kali bingung dan disorientasi, tidak memiliki tujuan yang jelas atau arah dalam hidup mereka. Mereka mungkin mudah terpengaruh oleh kebiasaan buruk dan lingkungan negatif.

3 Jenis Makanan

1. Makanan Sattvik (Sattva)

Sattva mencerminkan kebaikan, kemurnian, dan keseimbangan. Makanan yang bersifat sattvik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Segar dan Bergizi: Makanan yang murni, segar, dan bergizi. Ini termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian, susu, dan produk susu yang murni.
  • Menyehatkan: Makanan yang meningkatkan umur panjang, energi, kekuatan, kesehatan, kebahagiaan, dan rasa puas.
  • Rasa yang Menyenangkan: Makanan yang lembut, menyenangkan, penuh cita rasa, dan seimbang dalam rasa manis, asin, pahit, pedas, dan asam.
  • Mudah Dicerna: Makanan yang mudah dicerna dan tidak menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.

Contoh makanan sattvik meliputi:

  • Buah-buahan segar seperti apel, pisang, anggur, dan jeruk.
  • Sayuran segar seperti brokoli, bayam, wortel, dan zucchini.
  • Susu murni dan produk susu seperti yogurt dan keju.
  • Biji-bijian utuh seperti beras merah, quinoa, dan gandum.
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti almond, kacang mete, dan biji labu.
Baca juga :   Duet Purwanto-Made Sumiarta Pimpin Prajaniti DIY

2. Makanan Rajasik (Rajas)

Rajas mencerminkan gairah, aktivitas, dan ambisi. Makanan yang bersifat rajasik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Stimulan: Makanan yang menstimulasi tubuh dan pikiran, tetapi juga dapat menyebabkan kegelisahan, kegembiraan berlebihan, dan ketidakseimbangan.
  • Rasa yang Kuat: Makanan yang terlalu pedas, asam, asin, pahit, atau panas.
  • Berlemak dan Berminyak: Makanan yang berminyak, berlemak, dan kaya akan rempah-rempah.
  • Meningkatkan Keinginan dan Ambisi: Makanan yang meningkatkan gairah, keinginan, dan ambisi.

Contoh makanan rajasik meliputi:

  • Makanan pedas seperti cabai dan saus pedas.
  • Makanan yang asam seperti acar dan makanan yang terlalu banyak cuka.
  • Gorengan dan makanan berminyak seperti kentang goreng dan keripik.
  • Daging dan produk hewani yang tidak termasuk dalam kategori sattvik.
  • Kafein seperti kopi, teh, dan minuman berenergi.

3. Makanan Tamasik (Tamas)

Tamas mencerminkan kegelapan, kebodohan, dan kemalasan. Makanan yang bersifat tamasik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Tidak Segar: Makanan yang basi, rusak, atau kadaluarsa. Makanan yang sudah lama disimpan dan kehilangan kesegarannya.
  • Fermentasi dan Busuk: Makanan yang terfermentasi, busuk, atau terkontaminasi.
  • Berat dan Sulit Dicerna: Makanan yang berat dan sulit dicerna, menyebabkan kelesuan dan kebodohan.
  • Tidak Sehat: Makanan yang menyebabkan penyakit, kemalasan, dan kelemahan fisik serta mental.

Contoh makanan tamasik meliputi:

  • Makanan basi atau kadaluarsa.
  • Alkohol dan minuman keras.
  • Daging yang tidak segar dan sudah lama disimpan.
  • Makanan yang mengandung bahan kimia dan pengawet dalam jumlah besar.
  • Makanan cepat saji dan olahan yang mengandung bahan pengawet dan pewarna buatan.

3 Jenis Persembahan/Pertapaan (Yadnya)

1. Pertapaan atau Persembahan Sattvik (Sattva)

Sattva mencerminkan kebaikan, kemurnian, dan keseimbangan. Pertapaan atau persembahan yang bersifat sattvik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Dilakukan Sesuai Kitab Suci: Persembahan dilakukan sesuai dengan ajaran dan aturan yang tercantum dalam kitab suci, dengan niat yang murni dan tanpa mengharapkan imbalan pribadi.
  • Tanpa Pamrih: Dilakukan dengan penuh keyakinan, ketulusan, dan keikhlasan, semata-mata untuk kebaikan dan keharmonisan universal, tanpa harapan mendapatkan manfaat materi atau pujian.
  • Kedisiplinan dan Pengendalian Diri: Melibatkan disiplin diri yang tinggi, kontrol atas indra, dan pengekangan dari dorongan-dorongan yang tidak sehat.
Baca juga :   Jejak Sejarah Kedatangan Hindu ke Indonesia

Contoh:

  • Menyembah Tuhan dengan sepenuh hati, menjalankan ritual dengan penuh hormat, dan berdoa dengan niat murni.
  • Melakukan tindakan amal dan pelayanan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
  • Menjalankan kehidupan yang disiplin dan sederhana, serta menjaga kemurnian pikiran dan tubuh.

2. Pertapaan atau Persembahan Rajasik (Rajas)

Rajas mencerminkan gairah, aktivitas, dan ambisi. Pertapaan atau persembahan yang bersifat rajasik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Dilakukan untuk Keuntungan Pribadi: Persembahan dilakukan dengan tujuan mendapatkan manfaat materi, kekuasaan, pengakuan, atau pujian dari orang lain.
  • Pamrih: Tindakan dilakukan dengan harapan mendapatkan imbalan atau balasan, baik dalam bentuk kekayaan, kekuasaan, atau status sosial.
  • Ambisius dan Kurang Murni: Dilakukan dengan niat yang didorong oleh ambisi pribadi dan keinginan untuk mencapai sesuatu yang bersifat duniawi.

Contoh:

  • Menyembah dewa-dewa atau melakukan ritual untuk mendapatkan kekayaan atau kekuasaan.
  • Memberikan sedekah atau melakukan tindakan amal dengan harapan mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.
  • Berpuasa atau melakukan pertapaan dengan tujuan mendapatkan kekuatan atau kemampuan khusus.

3. Pertapaan atau Persembahan Tamasik (Tamas)

Tamas mencerminkan kegelapan, kebodohan, dan kemalasan. Pertapaan atau persembahan yang bersifat tamasik memiliki ciri-ciri berikut:

  • Dilakukan dengan Kebodohan dan Ketidaktahuan: Persembahan dilakukan tanpa memahami makna atau tujuan sejati dari ritual, sering kali melibatkan kebodohan atau tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran kitab suci.
  • Menimbulkan Bahaya atau Kerugian: Tindakan yang dilakukan dapat menyebabkan bahaya atau kerugian, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Ini bisa termasuk penyiksaan diri atau orang lain.
  • Kurang Hormat dan Kesadaran: Dilakukan tanpa rasa hormat atau kesadaran, sering kali hanya mengikuti kebiasaan atau tradisi tanpa pengertian yang benar.

Contoh:

  • Melakukan ritual yang melibatkan penyiksaan diri atau pengorbanan makhluk hidup secara tidak benar.
  • Menyembah roh-roh jahat atau makhluk yang tidak suci dengan niat yang tidak jelas atau salah.
  • Menjalankan pertapaan dengan cara yang merusak tubuh atau pikiran, seperti berpuasa berlebihan tanpa tujuan spiritual yang benar.

Berikut file presentasi, boleh digunakan untuk kepentingan pembelajaran

 

Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *