Spiritualitas, Agama dan Budaya Adalah Dasar Kesehatan Masyarakat Hindu

Tulisan : Ida Shri Bhagawan Dalem Acarya Maha Kerti Wira Jagad Manik

(Goferning Board of Asian Conference on Religion for Peace)

Setiap manusia pada kodratnya lahir sebagai makhluk spiritual, namun ketika manusia lupa akan kodratnya ini maka akan menyebabkan dirinya tidak damai, tidak bahagia dan tidak sejahtera, bahkan manusia lain dan alam sekitarnya pun menjadi merana, sementara jika manusia selalu ingat akan kodratnya maka dunia akan menjadi surga untuk semua

Dalam bulan Februari dan Maret 2024 ini masyarakat Hindu tampak sangat semangat dan meriah dalam menyongsong hari raya Galungan, Kuningan dan Nyepi. Yadnya yang diselenggarakan umat Hindu adalah korban suci karena hutang (rna) yang sudah melekat di dalam diri setiap orang Hindu. Konsep tri rna dan panca yadnya membuat umat Hindu mempunyai hati yang suci mulia karena sadar akan kelahirannya yang memikul hutang dan lalu berusaha membayarnya melalui yadnya yang diselenggarakan. Jadi yadnya adalah karma dan hati yang suci mulia adalah pahala nya. Kelahirannya pun sangat mulia karena memang kelahiran sebagai manusia adalah kelahiran yang paling mulia karena hanya manusia yang mampu membedakan perbuatan baik dan buruk dan lalu memilih untuk melakukan perbuatan yang baik-baik saja demi meningkatkan kualitas dirinya.

Prinsip dari kelahiran adalah untuk meningkatan kesucian diri dengan harapan semakin hari umat Hindu semakin meningkat spiritual nya yang akan membuat hatinya damai, bahagia dan hidupnya sejahtera, demikian juga umat lain akan mendapat menfaat bahkan alam lingkungan pun akan semakin damai dan asri. Saat berpulang ke alam sana akan mendapatkan tempat yang lebih baik dan penjelmaan berikutnya pun akan semakin baik dan suci yang akan membuat mereka semakin bahagia bahkan alam ini pun menjadi .semakin asri dan damai.

Dalam hubungan dengan kesehatan bahwa kesehatan itu bukanlah hanya sehat fsik, namun diperlukan kesehatan psikis/mental, kesehatan sosial dan kesehatan spiritual. Jadi kesehatan sangatlah komplek dan perlu dicapai dengan melalui modifikasi berbagai aspek yang berpengaruh.

Seperti postulat yang memang selalu berlaku bahwa setiap karma akan diikuti oleh pahala. Umat Hindu dalam beryadnya adalah melakukan karma, maka pastilah akan diikuti oleh pahala. Pertanyaannya adalah: apakah umat Hindu dan umat lain serta alam lingkungannya sudah mendapatkan pahala maksimal dari upacara keagamaan Hindu yang diselenggarakan? (para pembaca pastilah berfikir: kenapa harus menghitung-hitung pahala dari yadnya yang dilakukan, bukankah yadnya itu adalah kurban suci? Namun saya ingin menjelaskan dari sisi lain dimana pahala secara postulat pasti melekat sebagai hasil dari suatu karma, yang ingin saya tekankan adalah dalam bentuk apakah pahala yang terbaik itu? Pada prinsipnya ketika karma itu mampu meningkatkan spiritualitas seseorang maka itulah pahala terbaik karena kodrat sebagai manusia adalah makhluk spiritual). Tentulah sungguh sulit untuk membuktikan dengan fakta-fakta yang ada sebagai jawaban dari pertanyaan di atas, namun marilah kita renungkan di dalam diri dan hati masing-masing tentang pahala apa yang sudah kita dapatkan dari kegiatan-kegiatan besar yang kita selenggarakan ini. Kenapa harus direnungkan di dalam hati masing-masing, adalah karena setiap orang mendapatkan derajat kemanfaatan yang berbeda dan derajat kemanfaatan ini ada di hati masing-masing.

Baca juga :   26 Disiplin Spiritual yang wajib diketahui dalam Weda

Penjelasannya adalah sebagai berikut: jika seseorang hanya puas pada meriahnya penyelenggaraan upacara keagamaan serta seremonial dan atribut-atribut yang diusung bahkan pakaian seragam yang dikenakan maka berarti mereka baru pada tahap menjalankan ajaran agama dan budaya karena semua aspek tadi adalah aspek agama dan budaya.  Lebih dari itu, jika seseorang sudah mendapatkan peningkatan spiritual dan kesucian dalam diri dan batinnya, rasa bakti pada Hyang Widi dan Leluhur semakin tebal, rasa syukur dan terimakasih kepada Hyang Widi dan Leluhur semakin tinggi, toleransi kepada umat lain meningkat, kasih sayang kepada alam sekitar dan segala isinya meningkat  maka mereka sudah mendapatkan manfaat yang lebih tinggi, karena mereka sudah masuk ke alam spiritual yang lebih dalam. Derajat kesehatan mereka pun akan meningkat.

Spiritualitas, agama dan budaya menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan tri hita karana (hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam) yang menjadi dasar kesehatan masyarakat Hindu.

Perbedaan Spiritualitas dan Agama:

Ada perbedaan yang menonjol namun kadang sulit dicermati antara spiritualitas dan agama

Spiritualitas:

  1. Memiliki jati diri yang sama, di mana setiap individu memiliki hubungan langsung dengan jiwatman (keilahian) tanpa perantara.
  2. Pencarian akan makna hidup dilakukan secara personal, menggali kebenaran dengan cara yang unik bagi setiap individu.
  3. Cinta kasih menjadi prinsip utama dalam interaksi dengan sesama.

Agama:

  1. Tidak semua agama memiliki perspektif yang sama, namun umumnya berpusat pada doktrin tertentu yang diikuti oleh kelompok-kelompok tertentu.
  2. Berjalan dalam kelompok-kelompok yang memiliki pandangan dan praktik yang serupa.
  3. Doktrin menjadi pedoman utama dalam keyakinan dan praktek.

Apakah Seorang Spiritualis Pasti Beragama?

Tidak selalu demikian. Seorang spiritualis mungkin saja tidak terikat dengan doktrin atau ritual agama tertentu. Bagi mereka, hubungan pribadi dengan jiwatman (keilahian) lebih penting daripada kepatuhan pada ajaran yang telah ditetapkan.

Apakah Orang yang Religius Pasti Spiritualis?

Tidak juga. Meskipun seseorang sangat taat pada ajaran agama dan terlibat dalam praktik-praktik keagamaan, tidak semua dari mereka memiliki pemahaman mendalam atau pengalaman spiritual yang dalam.

Baca juga :   SATYA : Dharma yang Tertinggi

Meskipun ada kemungkinan seseorang dapat menggabungkan kedua pendekatan tersebut, tidak selalu terjadi demikian. Seorang spiritualis mungkin tidak mengidentifikasi dirinya dengan praktik keagamaan tertentu, sementara seorang yang religius mungkin tidak mendalami aspek spiritualitas.

Dimensi Agama:

Ada dua dimensi agama yaitu esoteris (imanen) dan eksoteris (transenden)

Esoteris/Imanen:

  1. Merupakan dimensi yang mengeksplorasi aspek-aspek dalam kehidupan yang berkaitan dengan jiwatman (keilahian) secara personal.
  2. Meliputi konsep-konsep seperti jiwatman, sukma, makrifat, roh kudus yang berfokus pada pengalaman pribadi dalam mencapai pemahaman spiritual yang mendalam.
  3. Terdapat aspek mistisisme yang menghubungkan individu dengan kehadiran roh suci yang universal.

Eksoteris (Transenden):

  1. Lebih berfokus pada aspek-aspek yang bersifat luas dan terkadang lebih formal dalam keagamaan.
  2. Mengutamakan konsep seperti tuhan, nabi, dan kitab suci, serta norma-norma yang berlaku bagi umat.
  3. Menciptakan kerangka yang lebih terstruktur dan eksklusif dalam praktik-praktik keagamaan.

Spiritualitas dan Agama : Konsep Hidup Sehat:

Sehat itu adalah luas, meliputi sehat spiritual, sehat psikis/mental, sehat sosial dan sehat fisik. Sehat spiritual dan sehat psikis/mental lebih berhubungan dengan spiritualitas, sementara sehat sosial dan sehat fisik lebih berhubungan dengan agama dan budaya. Memang masing-masing jenis kesehatan ini saling berhubungan.

Peran spiritualitas dan agama dalam menjaga kesehatan merupakan topik yang menarik untuk dieksplorasi dalam konteks multidisiplin. Tulisan ini memberikan wawasan tentang bagaimana dua pendekatan ini mempengaruhi pandangan dan praktik kesehatan.

Spiritualitas menekankan pada hubungan personal dengan jiwatman (keilahian), di mana individu mencari makna hidup secara langsung dan cinta kasih menjadi landasan interaksi dengan sesama. Di sisi lain, agama lebih terikat pada doktrin-doktrin yang diikuti dalam kelompok-kelompok yang berbeda, dengan norma dan praktik yang lebih terstruktur.

Bagi spiritualisme, kesehatan terutama berfokus pada aspek spiritual dan psikis. Keseimbangan emosi dan hubungan dengan jiwatman (keilahian) dianggap penting untuk mencapai kehidupan yang sehat. Di sisi lain, agama memandang kesehatan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial individu dalam masyarakat yang lebih luas. Kesehatan fisik juga dipandang sebagai hasil dari harmoni dengan alam dan budaya.

Dalam rangka memahami peran agama dan spiritualitas dalam kesehatan, penting untuk mengakui kompleksitas dan keragaman pandangan serta praktik yang ada. Keduanya memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang berharga dalam upaya menjaga kedamaian dan  kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Beberapa aspek yang bisa kita lihat antara spiritualitas dan agama dalam hubungan dengan kesehatan adalah sebagai berikut:

Spiritualitas:

  1. Mengedepankan kesehatan spiritual yang didasarkan pada hubungan pribadi dengan jiwatman (keilahian).
  2. Kesehatan psikis/mental diperhatikan secara intens, dengan fokus pada keseimbangan emosi dan pemahaman yang mendalam akan tujuan hidup.
  3. Hubungan dengan jiwatman (keilahian) menjadi bagian integral dari upaya menjaga kesehatan spiritual.
Baca juga :   7 Sumpah Pernikahan dalam Hindu

Agama:

  1.  Menekankan kesehatan sosial dengan memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat yang lebih besar.
  2. Menyokong keberadaan individu dalam konteks kebersamaan, dengan pandangan bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab sosial dalam memelihara harmoni dalam masyarakat.
  3. Kesehatan fisik didorong oleh pemahaman akan hubungan antara manusia, alam, dan budaya, dengan pandangan bahwa menjaga harmoni dengan alam dan budaya merupakan bagian dari kesehatan yang utuh.
  4. Peran spiritualitas dan agama dalam kesehatan adalah kompleks dan beragam. Keduanya memiliki kontribusi yang unik dalam upaya menjaga kesejahteraan holistik individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Budaya dan Kesehatan:

Budaya juga memainkan peran penting dalam konsep kesehatan. Budaya tidak hanya mencakup tradisi dan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu masyarakat, tetapi juga menentukan pola perilaku, kebiasaan makan, dan cara pandang terhadap kesehatan secara keseluruhan.

Budaya dan Spiritualitas:

Dalam konteks spiritualitas, budaya dapat menjadi sarana untuk mencapai kesehatan holistik. Konsep seperti “Parahyangan” atau hubungan dengan alam roh dalam spiritualitas, memberikan pandangan yang mendalam tentang kesehatan yang tidak hanya mencakup dimensi fisik dan mental, tetapi juga dimensi spiritual.

Budaya dan Agama:

Budaya dan agama memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan sosial dan moral. Misalnya, pada suatu agama keharusan puasa memiliki implikasi kesehatan yang baik secara signifikan, sementara praktik yoga dan meditasi dianjurkan untuk menjaga keseimbangan fisik dan mental.

Palemahan dan Hamemayu Hayuning Bawana:

Konsep Palemahan dalam budaya Jawa, misalnya, menekankan pada keselarasan antara manusia, alam, dan kehidupan sehari-hari. Ini mencakup pemahaman akan pentingnya menjaga lingkungan dan berhubungan secara harmonis dengan alam dalam menjaga kesehatan fisik dan mental.

Dalam pandangan ini, kesehatan tidak hanya dipandang sebagai keseimbangan fisik dan psikologis individu, tetapi juga sebagai hasil dari keseimbangan dalam hubungan manusia dengan alam dan budaya mereka. Dengan demikian, budaya berperan sebagai kerangka yang penting dalam memahami dan mempraktikkan kesehatan secara holistik.

Kesimpulan

Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang peran spiritualitas, agama dan budaya dalam kesehatan, kita dapat mengembangkan pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi untuk mempromosikan kesehatan, kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, kolaborasi antara pemimpin agama, praktisi kesehatan, dan tokoh budaya dapat menjadi kunci dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan bagi semua.

 

Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *