Keberuntungan Kelahiran Manusia dalam Perspektif Sarassamuccaya

Apa isi dari kitab Sarasamuscaya? “Sarasamuccaya” adalah sebuah kitab yang memiliki beragam kutipan, ajaran, dan aforisme yang berasal dari berbagai karya sastra Hindu klasik. Kitab ini disusun oleh Bhagawan Wararuci. Isi dari “Sarasamuccaya” mencakup berbagai topik yang meliputi filsafat, etika, spiritualitas, dan tata cara sosial. Kitab ini sering kali digunakan sebagai sumber referensi dan panduan untuk praktik spiritual, serta sebagai sumber inspirasi dalam memahami prinsip-prinsip Hinduisme yang mendalam.

Dalam ajaran Hindu, Sarassamuccaya memberikan pemahaman yang mendalam tentang keberuntungan manusia dalam dua sloka utama, yaitu Sloka 7 dan Sloka 8. Melalui pemahaman terhadap kedua sloka ini, kita dapat memahami betapa langkanya kesempatan menjadi manusia dan tanggung jawab yang melekat pada keberuntungan ini.

Sloka 7: Kesempatan untuk Berkarya dan Mengalami Konsekuensinya

“Sārasamuccaya – SLOKA 7”

Sebab kelahiran menjadi manusia sekarang ini, adalah kesempatan melakukan kerja baik ataupun kerja buruk, yang hasilnya akan dinikmati di akhirat; artinya, kerja baik ataupun kerja buruk sekarang ini, di akhirat sesungguhnya dikecap akan buah hasilnya itu; setelah selesai menikmatinya, menitislah pengecap itu lagi; maka turutlah bekas-bekas hasil perbuatannya: wāsanā disebut sangskara, sisa-sisa yang tinggal sedikit dari bau sesuatu yang masih bekas-bekasnya saja, yang diikuti (peng) hukuman yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah neraka; adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidaklah itu berakibat sesuatu apapun, oleh karena yang sangat menentukan adalah perbuatan baik atau buruk yang dilakukan sekarang

Penjelasan: Sloka ini menyajikan pemahaman yang dalam tentang konsep karma dan konsekuensinya. Karma merujuk pada tindakan atau perbuatan seseorang yang membentuk nasib atau takdirnya di masa depan. Sloka ini mengingatkan bahwa kelahiran manusia adalah kesempatan langka yang diberikan kepada kita untuk melakukan tindakan baik atau buruk. Namun, apa pun yang kita lakukan, baik atau buruk, akan memiliki konsekuensi yang kita alami di masa depan, baik di dunia ini maupun di kehidupan setelahnya. Bahkan setelah kita menikmati atau mengalami konsekuensi dari tindakan kita, bekas-bekas hasil perbuatan tersebut akan tetap ada dalam bentuk wāsanā atau sangskara, yang akan mempengaruhi takdir kita dan mengikuti kita dalam siklus kelahiran dan kematian.

Baca juga :   Tri Guna Sattva Rajas Tamas

Contoh: Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan tindakan baik seperti memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan, mereka mungkin akan merasakan kebahagiaan dan pahala di masa depan, baik dalam kehidupan ini maupun di kehidupan setelahnya. Sebaliknya, jika seseorang melakukan tindakan buruk seperti menyakiti orang lain, mereka mungkin akan mengalami konsekuensi yang tidak menyenangkan di masa depan, seperti melalui karma atau hukuman yang diberikan.

Sloka 8: Memanfaatkan Kesempatan Langka Sebagai Manusia

“Sārasamuccaya – SLOKA 8”

Kelahiran menjadi orang (manusia) pendek dan cepat keadaannya itu, tak ubahnya dengan gerlapan kilat, dan amat sukar pula untuk diperoleh; oleh karena itu, gunakanlah sebaik-baiknya kesempatan menjadi manusia ini untuk melakukan penunaian dharma, yang menyebabkan musnahnya proses lahir dan mati, sehingga berhasil mencapai sorga

Penjelasan: Sloka ini menyoroti keberuntungan dan keistimewaan menjadi manusia dalam ajaran Hindu. Kelahiran manusia diibaratkan sebagai kesempatan langka yang seharusnya dimanfaatkan secara bijaksana. Manusia diibaratkan sebagai kilat yang datang dan pergi dengan cepat, menunjukkan bahwa kehidupan manusia singkat dan penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk menggunakan kesempatan ini dengan baik, dengan mempraktikkan dharma atau tindakan yang benar. Melalui pemenuhan dharma, seseorang dapat membebaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian, mencapai kebahagiaan abadi di sorga.

Contoh: Contoh nyata dari penerapan Sloka 8 adalah ketika seseorang menggunakan kehidupan manusia mereka untuk melakukan kebajikan, menyebarkan cinta, dan membantu mereka di sekitarnya. Dengan melakukan ini, mereka berusaha untuk mencapai pembebasan dan mencapai kebahagiaan abadi di sorga, sesuai dengan ajaran dharma.

Hanya manusia yang diberikan kekuatan bebas untuk memilih tindakan mereka, baik itu baik atau buruk, dan mengalami hasil dari tindakan tersebut. Mahkluk lain dalam alam semesta, seperti hewan atau makhluk gaib, mungkin memiliki keberuntungan dan takdir mereka sendiri, tetapi tidak memiliki kemampuan yang sama seperti manusia dalam memilih dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Baca juga :   Perayaan Ngembak Geni di Jogja: Momentum Spiritual dan Kebangkitan Baru

keberuntungan menjadi manusia adalah kesempatan langka yang diberikan kepada kita untuk menggunakan kebebasan tersebut dengan bijaksana. Hanya manusia yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan cara yang paling produktif dan bermakna, dengan mempraktikkan nilai-nilai spiritual dan mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Yang Maha Kuasa.

Kesimpulan:

Dari kedua sloka yang diambil dari Sarassamuccaya ini, kita dapat memahami betapa langkanya dan berharganya kesempatan menjadi manusia. Keberuntungan ini memberikan tanggung jawab besar kepada manusia untuk bertindak secara bijaksana, melakukan tindakan baik, dan mempraktikkan ajaran dharma agar mencapai kebahagiaan dan pembebasan. Dengan memahami dan menerapkan ajaran dari Sarassamuccaya ini, kita dapat menghargai keberuntungan kita sebagai manusia dan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. MADE SUMIARTA (Mds)

Please follow and like us:
fb-share-icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *